Devan POV
"Gavin," ucapku masuk ke kamar rawat Gavin
Aku memang sekarang sedang ada di tiongkok sekeluarga karena papa mengadakan kerja sama dengan rumah sakit tempat Gavin dirawat. Memang selama ini aku masih berhubungan dengan Gavin. Tapi semua itu kami rahasiakan karena permintaan Gavin sendiri.
Tapi ketika baru masuk, aku merasa ada yang aneh. Gavin tidak langsung mengenaliku. Ia seperti sedang mencari sesuatu.
"Vin, lo kenapa?" tanyaku heran.
Gavin hanya menatap kedepan. "Lo Devan ya?" tanyanya.
"Lo ga ngenalin gue?" tanyaku heran.
"Bukannya gitu. Cuma ya, sekarang gue ga bisa ngeliat."
Gue benar-benar terkejut. Ini ga bisa di percaya.
"Lo beneran? Kenapa lo ga cerita?"
"Gue ga mau lo jadi kepikiran kalau gue cerita. Gue mau kalian tahu waktu gue udah beneran sehat."
Gavin pikir mungkin kita akan ninggalin dia kalau tahu kita buta. Ga mungkin lah. Kita itu berteman tulus
"Ga gitu juga Vin, kita kan sahabat lo. Lo harus cerita apapun masalah lo ke kita."
"Iya sorry. Btw lo kesini sama siapa? Tapi sorry lo sekarang dikanan atau kiri gue?"
Belum sempat aku menjawab, keluargaku tiba-tiba masuk. Davin yang dengan tampang songongnya langsung duduk di bangku samping Gavin.
"Hallo Bro Gavin," ucap Davin semangat.
Kulihat Gavin lagi-lagi berekspesi sama saat aku masuk.
"Lo ga ngenalin gue?" tanya Davin tak kalah herannya sama aku.
"Gue ngenalin kok," ucap Gavin tersenyum.
"Lo aneh Vin," ucap Davin. Gavin hanya tersenyum. Emang Dasar si Davin.
"Btw tante sama om ga ikut?" tanya Gavin.
Semua yang ada di ruangan ini kaget.
"Vin, lo ga liat kita?" Davin mulai panik.
"Sorry Dav, gue sekarang buta," jawab Gavin yang masih tersenyum.
Kulihat Davin sangat terkejut melihatnya begitupun mama dan papa yang sebenarnya juga ada disini.
"Sudah berapa lama Vin?" panya papa.
Gavin berusaha meraba-raba sekitarnya untuk mencari-cari keberadaan kami.
"Sekitar dua munggu om. Maaf ya om, tante. Aku ga tau kalian sekarang dimana."
Ya Tuhan, aku sangat salut dengan ketabahan yang dimiliki Gavin.
Mama lalu menuntun Gavin menuju kearah kearah kami.
"Ga papa Vin. Sekarang kamu udah di hadapan kita," ucap mama.
Tak beberapa lama, Tante Ayleen masuk. Sekarang mama dan papa sedang duduk si sofa ruangan dengan tante Ayleen. Sedangkan Davin tampaknya masih syok. Dia bahkan sampai nangis. Jadi sekarang hanya aku dan Gavin disini.
"Btw, lo disini sampai kapan?" tanya Gavin kepadaku.
"Mungkin tiga mingguan. Sekarang kan libur semester!" ucapku menjelaskan.
"Berarti sekarang kalian udah kelas tiga ya?"
Gavin memang tersenyum. Tapi ku tahu dia sedih karena sudah tidak melanjutkan sekolah lagi.
"Btw Ronald apa kabar?" ucapnya mengalihkan pertanyaan.
"Dia baik. Sekarang lagi di rumah engkongnya. Katanya sih liburan di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo Gavin (Revisi)
Teen FictionGavin Aldebaran Abraham, cowok ganteng, kaya, most wanted, bad boy yang selalu mendapatkan apa yang diinginkannya. Namun apa jadinya kalau semua kesempurnaan itu berbalik jadi sesuatu yang tidak pernah dibayangkannya sekalipun? Jasmine Afsheen Myesh...