Hallo Gavin 46

13.1K 836 4
                                    

Jasmine POV

"Kalian hati-hati.  Langsung kabari kalau sudah sampai."

"Iya Bun. Aku sama Bang Arya hati-hati kok."

"Arya, jagain adek kamu. Jangan berantem."

"Iya yah, kita berdua pamit."

"Titip salam buat Gavin dan Ayleen. Bilangin semoga cepat sembuh!" ucap bunda sambil mencium pipiku bergantian sama Bang Arya

"Beres Bun!"

Saat ini aku dan Bang Arya sedang di bandara untuk perjalanan menuju China untuk menyusul Gavin. Waktu seminggu ternyata cukup lama. Tapi akhirnya hari inipun tiba. Aku tak sabar untuk ketemu Gavin dan aku juga tak sabar melihat reaksi Gavin saat tahu aku mengunjunginya. Pasti ia sangat kaget. Kami berangkat dengan penerbangan pagi. Perjalanannya sekitar lima jam. Ya ... cukup menguras waktu dan tenaga sih.

"Bang ... gue takut," ucapku saat sudah berada di dalam pesawat.

"Ya elah, kaya pertama kali aja lo naik pesawat."

"Gue kan selalu takut waktu take off."

"Lo merem aja." Bang Arya menenangkanku.

"Gue pegang tangan lo ya?"

Sebelum dijawab aku langsung menggenggam tangan bang Arya erat. Aku ga akan melepaskannya

"Udah keleus," ucap bang Arya menahan tawanya.

Aku lalu melepas tangannya kasar. Aku lalu membuang muka dan melihat ke arah jendela. Kebetulan aku duduk di samping jendela pesawat.

Setelah perjalanan selama lima jam. Akhirnya kami berdua mendarat dengan selamat di bandara Baiyun Guangzhou. Kami langsung disambut oleh si kembar.

"Selamat datang di Guangzhou saudara-saudara!" Davin membentangkan kedua tangannya.

"Makasi saudara Davin." Aku memeluk Davin balik.

"Gimana perjalanannya?" tanya Devan.

"Alhamdulillah lancar," ucap Bang Arya tersenyum.

"Ayo! kita langsung ke rumah sakit atau ke hotel dulu?" tanya Davin.

"Ke rumah sakit aja langsung. Lagian gue bawa barang cuma sedikit."

Kami lalu masuk kedalam mobil yang di kendarai Devan. Kami memutuskan untuk langsung ke rumah sakit.

"Lo gak lupa pesan gue kan? Jangan kaget pas lihat Gavin!" ucap Devan kembali mengingatkanku. Sebenarnya aku agak sedikit takut. Aku takut kalau sampai Gavin kenapa-napa nantinya.

"Iya! Lo juga gak bilang kalau gue mau ke sini 'kan?" tanyaku. Devan hanya mengangguk tanda dia tak memberi tahu.

Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit. Akhirnya kami sampai di sebuah rumah sakit di Guangzhou. Tempat Gavin dirawat. Rumah sakitnya bagus. Benar-benar bersih. Sudah seperti hotel bintang lima. Betah kayanya Gavin di sini. Hingga pemuda itu tak kunjung pulang.

Devan lalu mengajak kami semua ke gedung tempat Gavin dirawat. Tempatnya juga sangat bagus. Wajarlah, Gavin memang anak pengusaha terkenal. Ditambah lagi Gavin anak satu-satunya.

Saat masuk ke ruangan Gavin. Aku melihat Gavin tak jauh berbeda dari biasanya. Hanya saja dia sekarang agak sedikit kurus. Kayanya aku jadi sedikit lega. Mungkin Devan hanya menakutiku saja. Dia hanya mengerjaiku saja.

"Hai Vin, lo udah baikan?" tanya Devan memulai pembicaraan.

"Devan? Iya gue ga papa!" Ia mwnjawab.

Tapi aneh. Gavin seperti menerawang. Sepertinya fikirannya kosong. Dia juga tak menyadari kehadiranku.

Hallo Gavin (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang