chapter 6

1K 22 0
                                    

"Wahh,,, lumayan besar juga kampusmu, beb." Ujar Viol takjub.

"Ya iyalah beb. Namanya juga kampus negeri."

Viola hanya manggut-manggut. Ia memandang kampus yang berdiri megah.

"Udah ah, jangan norak gitu kali ya," kataku sekenanya.

"Isshh,, norak gimana sih beb. Aku kan cuma selfie doang." Jawabnya sembari menenteng tongsisnya.

" aku mau kuliah dulu beb. Kamu gimana?"

"Ikuutt." Jawabnya enteng.

"Ya ampun Viol, nanti kalau kena marah sama dosennya gimana?"

"Nggak kan marah. Lagian, ini kan kuliah perdanamu beb. Mana tau tuh dosen dengan mahasiswanya."

Sepertinya Viol lebih mengetahui medan yang sedang kami hadapi ini.

"Sok tau kamu, beb."

"Emang bener lagi beb. Liat aja ntar. Senyum manis, cantik." Katanya sembari memotretku dengan androidnya.

Cekrekk...

Cekrekk....

Cekrekkk....

"Udahhlah Viol, aku malu tau nggak."

"Iya, iya. Dasar bawel." Gerutunya.

Kami segera masuk ke dalam ruangan perkuliahan. Mahasiswa sibuk berlalulalang. Bahkan, ada yang berlarian menyusuri lorong kampus.

"Kita kuliah di ruangan mana beb?" Tanya Viola.

Kita? Dasar sahabatku yang satu ini masih saja menyimpan sifat egoisnya itu. Padahal kan aku sudah bilang. Kalau dia ikut masuk bisa marah dosenku nanti.

"Viol, kamu nanti nunggu di luar saja ya. Aku tidak mau mencari masalah hari ini. Kuliah perdanaku harus berakhir indah." Jawabku.

"Yahhhh." Kata Viola kecewa.

"Percayalah beb, kalau seandainya nanti dosennya marah. Aku akan langsung keluar deh, janji." Ucapnya meyakinkan.

Aku menatap lekat sorot mata sahabat lamaku ini. Meski sudah berubah. Namun, sikap aslinya masih ada saja yang sama.

Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Sepertinya aku harus mengalah. Jika terus melawan. Bisa semakin panjang urusannya. Karena aku, bukan tipe perempuan yang suka berdebat. Aku tidak ingin melanjutkan perdebatan ini.

"Okee, kamu boleh masuk. Tapi ingett, pegang janjimu itu Viol."

"Siipp beb, percaya deh sama aku."

Aku segera mencari ruang kuliah. Menyusuri setiap lantai. Menatap ke arah papan nomor yang tertera di pintu.

"NA103," gumamku lirih.

Akhirnya, aku menemukan kelas pertamaku. Ternyata saat kuliah, kelas kita berbeda-beda. Tergantung mata kuliah yang kita ambil.

Cinta dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang