chapter 9

830 19 0
                                    

Aku menepikan mobil, di depan warung bakso. Terpampang merk bakso yang khas di sana.

Bakso urat H.Bakhrie

Prittttt.....

Peluit petugas parkir sibuk berbunyi. Tangannya dengan lihai memberikan isyarat kepadaku.

Aku menuruti perintah yang ia sampaikan melalui pergerakan tangannya. Tak butuh waktu yang lama. Mobil terparkir rapi.

Aku segera turun. Viola masih sibuk dengan gadgetnya. Mungkin dari kekasih hatinya. Lihatlah, ia senyum-senyum sendiri melihat layar gadgetnya itu.

"Viol, jadi nggak nih, makan baksonya? Kalau nggak, aku pulang saja."

"Ehhh,, jadi dong beb. Secara aku ini ke indonesia untuk mencicipi masakan nusantara." Gerutu Viola.

"Ya udah buruan, keburu selera makanku hilang," kataku setengah mengancam.

Viola segera turun dari mobil. Namun, masih sibuk dengan gadgetnya. Seperti tidak ada orang saja di hadapannya saat ini.

Aku seperti patung yang terabaikan. Hanya bisa diam, tak bergeming. Meratapi segenggam kenangan yang tiba-tiba melintas di benakku.

Bayang-bayang dirinya kembali menghiasi hatiku. Aku merindukannya. Sosok yang sangat aku cintai.

"Tuhan, kenapa kenangan ini begitu menyakitkan?" Desahku lirih.

Setiap kali aku mengenangnya, ragaku terasa menghilang. Hidupku pudar, bertebaran menjadi puing-puing kenangan yang bertebaran.

Mataku redup, seakan meninggalkan secercah cahaya kehidupan. Kebahagiaanku hari ini, terkikis oleh kenangan yang tak bisa ku lupakan.

"Kamu baik-baik saja kan Jelita?"

Pertanyaan Viola membuat ku tersadar dari alam imajinasi. Aku harus bisa membuang jauh-jauh sosok yang telah menemukan kedamaian abadi itu.

"Nggak kok Viol, aku nggak apa-apa. Ayuck, kita masuk," ajakku.

Viola segera mengikuti langkahku di belakang. Ia masih sibuk dengan dunianya sendiri.

"Tau akan jadi seperti ini, lebih baik aku di rumah saja tadi. Biar saja Viola mencari apa yang ia inginkan sendirian." Gerutuku dalam hati.

"Viol mau pesan apa?" Tanyaku memastikan.

"Bentar ya sayang." Ujar Viol kepada suara yang di seberang.

"Iya sayang." Jawab suara di seberang yang lainnya.

"Kamu tadi ngomong apa Jelita?"

"Viol, mau pesan apa?" Tawarku.

Aku memberikan daftar menu makanan kepada Viola. Namun, ia tidak melirikku sedikitpun. Ia bahkan menganggap aku di tempat yang sama.

"Terserah kamu aja deh Jelita. Aku mah, nurut aja." Jawab Viola pasrah.

Aku memesan bakso kosong dua mangkuk. Sekaligus, jus alpukat satu botol, Viola memesan jus buah naga.

Ia belum pernah merasakan yang namanya jus buah naga. Saking penasarannya, Viola langsung memesan jus yang
Masih aneh baginya.

Cinta dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang