chapter 18

510 13 0
                                    

"Benar sayang, kebahagiaan karena materi yang kita miliki. Baik itu harta kekayaan, keluarga, rumah, mobil, semuanya yang berkaitan dengan dunia. Jika kebahagiaan yang kita rasakan berhubungan dengan hal tersebut. Maka, kebahagiaan yang Jelita rasakan hanyalah kebahagiaan level paling rendah." Bunda peri menjelaskan.

"Jadi, selama ini kebahagiaan yang Jelita rasakan bukan kebahagiaan sejati bunda peri?" Aku semakin penasaran.

"Benar sekali sayang. Kebahagiaan yang berhubungan dengan fisik, harta kekayaan, hanyalah kebahagiaan sesaat yang kita miliki. Kita tidak patut berbangga dengan semua itu."

"Sebab, kebahagiaan yang berkaitan dengan fisik. Akan mudah sirna dalam sekejap." Jelas bunda peri sangat rinci.

"Lalu, bagaimana dengan kebahagiaan sejati itu bunda peri?" Tanyaku semakin penasaran.

"Kebahagiaan yang berkaitan dengan fisik. Itu sangat mudah di dapatkan sayang. Bahkan, hampir semua orang mendapatkan kebahagiaan level terendah ini." Jelas bunda belum menjawab pertanyaanku.

Aku hanya manggut-manggut mendengarkan penjelasan dari bunda peri.

"Lalu?"

"Kebahagiaan level selanjutnya. Kebahagiaan level kedua." Jawab bunda peri.

"Kebahagiaan sejati ya bunda?" Aku memotong kalimat bunda.

"Bukan sayang. Kebahagiaan level kedua ini belumlah bisa disebut dengan kebahagiaan sejati sayang."

"Lalu, kebahagiaan yang seperti apa bunda?" Aku semakin mendesak.

Tidak sabar dengan penjelasan bunda peri selanjutnya. Namun, bunda peri terus mengulur waktu untuk menjelaskan semua jenis kebahagiaan itu. Mungkin, bunda peri sengaja melakukan hal itu.

Membuatku menjadi lebih penasaran. Untuk menantikan setiap penjelasan yang terucap dari bibir manisnya itu.

"Kebahagiaan yang kedua, masih berhubungan dengan fisik Jelita, sayang." Jawab bunda peri.

"Bukankah, kebahagiaan level terendah juga berkaitan dengan fisik bunda?" Aku mulai bingung

"Iya, sayang. Namun, kebahagiaan yang kedua ini ada kaitannya dengan perasaan kita, Jelita." Sambung bunda peri.

"Seperti apa bunda?"

"Sama seperti kita mempunyai handphone baru yang paling canggih. Karena saking bahagianya, kita lupa waktu. Seharian penuh hanya untuk mengotak-atik handphone tersebut. Menelusuri setiap aplikasi yang ada di dalamnya sampai rasa bosan datang menghampiri." Terang bunda.

Bunda berhenti sejenak. Menghela napas panjang. Mencoba untuk mengumpulkan energi kembali. Untuk menjelaskan semua hal tentang kebahagiaan.

"Begitulah kebahagiaan di level yang kedua sayang. Meski telah menggunakan perasaan. Akan tetapi, fisik tetaplah yang dominan dalam kebahagiaan level kedua ini." Tutur bunda peri.

"Ohhh, begitu ya bunda. Jelita tau sekarang. Bagaimana kebahagiaan yang sesungguhnya itu," jawabku sembari melemparkan senyum ke arah bunda.

"Syukurlah, kalau Jelita cepat paham dengan penjelasan dari bunda." Kata bunda membalas dengan senyum termanisnya itu.

Senyum yang mampu membuat hati-ku luluh. Menikmati setiap detik rasa nyaman yang terpancar dari diri bunda peri. Sebuah kenyamanan yang belum pernah aku rasakan selama ini.

Cinta dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang