chapter 4

1.2K 26 0
                                    

Aku meniti setiap anak tangga dengan hati-hati. Bi Ijah mengekor di belakang.

Aku melihat seorang perempuan yang duduk di ruang tamu. Aku segera menghampirinya.

"Ehemmm," aku berdehem.

Perempuan itu memalingkan wajahnya ke arahku.

"Violaa!!" Teriakku spontan.

Ia langsung memelukku. Sejenak, aku hanyut dalam pelukan sahabat SMA-ku ini.

"Kamu kapan nyampe di Indonesia?" Tanyaku.

"Ya ampunn beb, aku baru aja turun dari pesawat. Langsung kesini."

"Sendirian?" Tanyaku memastikan.

Pandanganku liar, mencari seseorang. Kalau-kalau Viola membawa teman atau bundanya.

"Ya iyalah beb, Viol kan udah gede." Jawabnya lagi.

Viola belum berubah. Setahun kami berpisah. Sejak kelas dua SMA Viola, aku berpisah dengan Viola.

Ia pindah ke Jepang. Karena pekerjaan ayahnya. Padahal kami sahabat yang baik.

Dari kelas satu SMA, hingga Viola pindah ke Jepang. Kami satu kelas, satu tempat. Setiap ada Jelita, pasti ada Viola di sana.

Sampai-sampai ibu yang berjualan di kantin mengira kami kembar tak serupa.

Aku jadi mengenang masa lalu. Masa-masa itu memang indah tuk dikenang.

"Viol udah sarapan?"

"Belum nih?" Jawabnya sambil mengelus perut.

"Bi, tolong siapkan sarapan buat tamu kita bi," aku setengah berteriak.

"Iya non." Jawab bibi dari dapur.

"Nggak usah bi." Teriak Viola kemudian.

"Lohh kok nggak usah sih Viol,? Katanya belum sarapan?"

"Aku kangen sama nasi goreng buatan kantin sekolah, beb." Tutur Viola.

"Haa? Memangnya di Jepang tidak ada makanan yang lebih enak dari nasi gorengnya bu Saitem, di kantin sekolah?"

"Aku nggak pernah makan nasi goreng di sana, beb."

Aku hanya cekikikan mendengar penuturan sahabatku ini. Ya jelaslah, mana tau orang Jepang dengan masakan nasi goreng ala Indonesia.

"Jadi, kamu pulang ke Indo, cuma buat makan nasi goreng buatan bu Saitem?" Tanyaku sembari menyunggingkan senyum meledek.

"Iya beb." Jawab Viola datar.

"Ya ampun Viol-viol. Dari dalam kandungan sikap kamu memang tidak pernah berubah," aku mengomelinya.

"Mulai deh, sok tau kamu tu beb. Hayucckk ahh, kita berangkat!!" Ajaknya.

"Berangkat kemana?" Tanyaku bingung.

"Ke kantin sekolah lah, beb. Kemana lagi?" Viola memaksa.

"Jadi seriusan ni?" Aku masih tidak percaya.

"Iya babyku sayang." Ucapnya sembari meremas pipi tembemku.

"Tapi........"

"Nggak ada kata tapi beb. Ayoockk."

Viola menarik tanganku. Aku kalah, padahal aku cuma punya waktu satu jam.

Sebab, nanti aku harus kuliah. Aku bingung, mencari ide cemerlang agar Viola mau menurut dengan perkataanku.

Dalam hitungan detik, aku sudah masuk ke dalam mobilnya. Viola tersenyum puas, atas kekalahanku.

Otakku bekerja keras. Agar Viola mau menurut kepadaku. Tidak mungkinkan, aku bolos kuliah di hari pertama ini. Kuliah perdanaku.

Aku tidak ingin melewatkan momen indah ini. Aku harus bisa memutar otak, agar Viola mengantarku kembali ke rumah. Dan bergegas pergi ke kampus.

Cinta dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang