chapter 16

596 13 0
                                    

Ruangan itu senyap sejenak. Bayang-bayang dirinya melintas dalam benakku. Membawa ragaku menelusuri alam imajinasi. Mengikuti setiap alur kenangan.

"Setiap manusia memiliki kenangan, sayang. Entah itu kenangan yang sangat indah sekali, atau kenangan yang sangat buruk sekali pun. Setiap manusia memilikinya." Kalimat bunda peri terhenti sejenak.

Sepasang mata lentiknya menatap tajam ke arahku. Aku benar-benar merasakan kenyamanan yang luar biasa. Tenang, sejuk, aku menikmati semua itu. Tak ingin aku berpaling menatapnya.

"Namun, indah atau tidaknya kenangan seseorang. Tergantung bagaimana cara kita mengukirnya, sayang." Sambung bunda peri.

Bunda tersenyum kepadaku. Senyum itu, begitu menawan. Tak jenuh aku menikmati letupan senyum yang merekah di bibir manisnya.

"Lalu, kenapa kita mengenangnya bunda? Jika kenangan itu hanya akan membuat kita bersedih, merasa kehilangan?" Aku mulai tersedu.

Pertahananku koyak, luluh, hancur berkeping-keping. Sedari tadi, aku menahan jutaan bulir air mata yang mengendap di pelupuk mataku. Namun sayang, detik ini. Aku tak sanggup menahan kristal bening yang menyeruak, ingin keluar dari sarangnya itu.

Bunda peri menyentuh lembut pundak-ku. Aku tersungkur, kristal bening itu jatuh berderai di lantai. Memancarkan kemilau cahaya karena pantulan dari cahaya bunda peri, yang menyentuh kristal bening itu.

"Sayang, tidak sepatutnya kenangan membuat kita terpuruk dalam masa lalu. Kenangan adalah sebuah pelajaran hidup. Jika itu kenangan yang indah, setidaknya kita pernah bahagia. Meski kebahagiaan itu telah berlalu."
Bunda peri berhenti, menghela napas panjang.

"Dan jika kenangan itu buruk sekali. Maka, jadikan kenangan buruk itu sebagai pelajaran hidup. Jangan sampai kenangan buruk yang sama itu terulang kembali. Karena, sejatinya manusia diciptakan untuk terus belajar dan peka terhadap kehidupan, sayang." Jelas bunda peri panjang lebar.

Tepat, semua yang dikatakan bunda peri memang benar. Aku sadar akan hal itu. Jika kita terus terpuruk dalam masa lalu yang kelam. Hidup kita tidak akan pernah berubah ke arah yang jauh lebih baik lagi.

Kenangan hanyalah sebuah masa lalu. Biarkan bingkai kehidupan yang akan merawat setiap kenangan itu. Ikhlas, dan berjuang untuk terus bangkit. Mungkin, itu jauh lebih baik dari pada terus mengenang dan terbawa arus masa lalu.

"Terima kasih bunda, apa yang bunda katakan barusan memang benar. Aku sayang bunda peri. Bunda bagaikan malaikat bagi Jelita."

Aku memeluk tubuh bunda peri. Ada kehangatan di sana. Kehangatan yang selama ini aku dambakan. Wangi bunda peri, mengingatkanku kepada mama.

"Ma, mama dimana sekarang? Jelita rindu mama," ucapku lirih.

Bunda peri menghapus air mataku. Setiap sentuhan jemarinya begitu lembut terasa. Andai saja, bunda peri adalah mama-ku. Aku pasti, tidak akan pernah merasa kesepian.

"Sudah, jangan menangis terus. Nanti kecantikan Jelita bisa pudar." Kata bunda peri.

Aku membalas dengan senyum yang merekah sempurna di bibir-ku. Tatapan bunda peri, telah menghipnotis perasaan-ku. Mengubah rasa sedih yang berkepanjangan, menjadi sebuah kebahagiaan yang baru.

Aku menyandarkan kepala di pundak bunda peri. Menikmati setiap detik rasa nyaman yang terus datang menyelimuti. Andai aku memiliki mesin waktu.

Aku akan menghentikan waktu. Agar aku bisa menikmati kenyamanan dengan bunda peri lebih lama lagi. Sungguh, aku nyaman berada di dekat bunda peri.

Cinta dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang