Ruangan gelap ini kembali senyap. Menghadirkan suasana mencekam. Tak ada kehidupan. Aku masih berusaha menarik kaki yang terasa semakin berat. Dalam gelap, aku berjuang sekuat tenaga untuk pergi dari ruangan yang menakutkan ini.
Mustahil. Ini semua sungguh mustahil. Seberapa kuat tekad ini untuk keluar. Mencari setitik cahaya penerang. Aku hanya berada di tempat yang sama. Tidak beranjak sedikitpun.
Seperti ada magnet yang membuat tubuhku tertarik dan kembali ke tempat yang sama. Andai mama berada di sini. Mungkin aku tidak akan ketakutan seperti ini.
"Tuhan, aku ingin pulang. Jangan paksa aku berdiam diri di ruang gelap ini. Aku takutt," ucapku lirih.
Angin lembut datang menyapa kulitku. Perlahan, aku merasakan kedamaian. Hawa yang sangat menenangkan. Aku tidak tau, dari mana arah angin itu berhembus.
Hanya gelap, yang dapat ku lihat. Sepasang bola mataku yang bulat nan hitam. Mencoba menatap sudut ruangan. Ada setitik cahaya di sana.
Namun, aku tidak mau beranjak dari tempatku saat ini. Entah kenapa, tiba-tiba hati ini merasa tenang. Hawa menakutkan itu, seketika lenyap. Bergantikan ketentraman.
"Jelita sayang."
Lagi-lagi suara misterius itu menyapaku. Penglihatanku fokus pada setitik cahaya yang ada di sudut ruangan.
Cahaya itu, kian lama kian membesar. Menggambarkan sesosok makhluk yang aneh. Dengan ukuran yang sangat kecil. Hanya sebesar jari kelingkingku.
Aku terus memandang cahaya itu. Semakin lama, tumbuh membesar. Mengguratkan sosok makhluk bersayap.
Sosok itu melayang-layang di udara. Memberikan keindahan dalam ruangan yang gelap gulita. Akhirnya, Tuhan mengabulkan doa-ku.
"Terima kasih Tuhan, Engkau berikan cahaya penerang untukku," kataku lirih, hampir tidak terdengar.
"Jelita...."
Sosok makhluk bersayap itu memanggil nama-ku. Sembari menyunggingkan senyum manisnya.
"Kamu siapa?" Tanyaku mengabaikan senyum yang merekah di bibir yang manis itu.
Tak ada jawaban. Sosok makhluk bersayap yang ada di hadapanku hanya tersenyum. Padahal, bukan senyum yang ku butuhkan darinya. Aku hanya ingin pulang. Tunjukkan aku jalan pulang ke rumah. Hanya itu, tidak lebih.
Perlahan, sosok makhluk bersayap itu mendekat. Tidak ada rasa takut yang menghantui diriku. Entah kenapa, hati dan jiwa ini begitu tenang menatapnya.
Sorot matanya yang teduh, menimbulkan kesan mistis yang menyejukkan kalbu. Siapa gerangan sosok yang ada di hadapanku ini. Hanya waktu yang akan berbaik hati menjawab keraguanku.
"Kemarilah Jelita." Sosok itu melambaikan tangan kepada-ku.
Energi yang tadinya terkuras habis. Sepasang bola mata yang lelah. Kaki yang sedari tadi membeku. Semua telah kembali normal. Bahkan, tubuhku terasa jauh lebih ringan dari sebelumnya.
Aku mencoba untuk bangkit. Ternyata, aku bisa berdiri kembali. Ku gerak-gerakan tangan dan kakiku. Tidak ada rasa sakit yang menyelimuti.
Aneh, padahal dalam hitungan jam. Aku hanya bisa berdiam diri. Sesekali menggerakkan tubuh yang kian membeku.
Akan tetapi. Kehadiran sosok makhluk putih dengan sayap yang mengembang di punggungnya. Membuat semua tubuh dan sel-sel tubuh yang tadinya mati, hidup kembali
Seolah menemukan jalan kehidupan, untuk kedua kalinya. Aku menggerak-gerakkan jemari kakiku. Tidak ku rasakan sakit. Sudah baikan. Bahkan, kakiku yang terasa tertimpa benda berat ribuan ton, juga sudah normal kembali.
"Kamu siapa?"
Aku penasaran dengan sosok makhluk aneh yang ada di hadapanku, ini. Belum ada jawaban atas rasa penasaranku. Aku masih sabar menanti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dalam Doa
SpiritualMasa lalu? Menyedihkan? Menyenangkan? Semua insan pasti memiliki masa-masa indah dan masa paling menyakitkan dalam hidup ini. Begitulah takdir menggoreskan tinta kehidupannya. Terkadang, kenangan membawa kita menyelami masa lalu. Entah itu yang men...