09. Murid Baru Bu Bing Loni

3.2K 59 1
                                    

Su Giok-lan terpekik nyaring terus menubruk maju. Kim-i Kongcu mengerling ke arah Su Giok-lan, pelan-pelan menarik pedangnya, wajahnya tak berubah sama sekali, lalu mundur dua langkah.

Kedua tangan Su Cin mendekap luka di dadanya, keringat dingin membasahi seluruh mukanya kedua biji matanya mendelik bagai kelereng yang hendak mencelat keluar ke arah Leng Bu penuh rasa dendam yang membara.

Tersipu-sipu Hun Thian-hi juga memburu datang.

"Perlu apa kau datang, pergi!" hardik Su Giok-lan.

Sungguh Thian-hi menyesal setengah mati, ia menjublek di tempatnya.

Kata Su Cin kepada Su Giok-lan, "Dik, jangan begitu kasar! Aku ada omongan yang perlu kusampaikan kepada saudara Hun!" — lalu ia berpaling katanya kepada Hun Thian-hi, "Saudara Hun aku ada sedikit omongan harap dengarlah!"

Lekas-lekas Hun Thian-hi maju memayang Su Cin, katanya berbisik, "Saudara Su, sungguh aku sangat menyesal!"

Su Giok-lan mendekam di tanah menangis tergerung-gerung.

Su Cin mengerling ke arah Su Giok-lan serta katanya pada Hun Thian-hi, "Bermula kusangka pasti saudara Hun takkan terkalahkan oleh Kim-i Kongcu, siapa tahu......

Hun Thian-hi bertambah malu. Kata Su Cin selanjutnya, "Peristiwa tempo hari saudara Hun sampai terfitnah secara semena-mena, untung Suboku sudah jelas duduk perkaranya, kelak tentu segalanya dapat dibikin terang!"

Thian-hi semakin malu dan menyesal sekali, ia tertunduk tak berani adu pandang.

Kata Su Cin, "Adikku diracun oleh Leng Bu, dipaksanya untuk kawin dengan dia. Setelah aku tiada harap kau suka melindungi dan menjaga adikku baik-baik"

Bercekat hati Hun Thian-hi, tiba-tiba ia angkat kepala, matanya tajam mengawasi Su Cin.

"Sekali-kali jangan sampai adikku menikah dengan bangsat durjana itu!"

Baru sekarang Thian-hi rada paham kenapa bermula tadi Su Cin kelihatan rada mengalah segan menghadapi Leng Bu, kiranya punya latar belakang yang keji ini...... Pelan-pelan ia berpaling memicingkan mata menatap ke arah Leng Bu, tampak Leng Bu berdiri jajar disamping tunggangannya tanpa menunjukkan sikap tertentu, pedang masih terpegang di tangannya.

Waktu Thian-hi berpaling lagi Su Cin berkata kepadanya, "Kulihat saudara Hun merupakan calon pendekar kenamaan yang bakal menjulang tinggi di antara sekian tunas muda saat ini, hari depanmu pasti gemilang, betapapun kau harus menjaga adikku baik-baik!"

Mendengar orang memuji dan mengagumi dirinya, sungguh Thian-hi merasa haru dan terima kasih, tak kuasa air mata meleleh keluar dari kelopak matanya. Sembari mengigit gigi pelan-pelan ia berkata tegas, "Aku tentu menuntut balas bagi kau!"

Wajah Su Cin mengunjuk tawa riang, katanya kepada Su Giok-lan, "Dik! Ada sedikit omongan perlu kusampaikan kepadamu!"

Su Giok-lan berdiri duduk, air mata membasahi dan mengotori mukanya yang putih bersih. Setelah menghela napas baru Su Cin melanjutkan, "Adik Lan. Apakah kau mau dengar pesan engkohmu sebelum ajal ini?"

"Engkoh!" jerit Su Giok-lan, tangisnya semakin menjadi-jadi.

Su Cin menghela napas, ujarnya, "Jangan bersedih adik Lan!"

Terdengar Leng Bu menjengek, "Kau menyesal sesudah sekarat siapa suruh kau selalu menghalang-halangi sepak terjangku!"

Berubah air muka Su Cin, cepat Thian-hi menyikapnya erat-erat, kata Su Cin megap-megap, "Adik Lan, lekas katakan!"

Melihat keadaan engkohnya yang semakin parah Su Giok-lan menjadi bingung dan manggut-manggut.

Tangan Su Cin menunjuk kepada Thian-hi, mulutnya terpentang namun tak kuasa mengeluarkan suara, mendadak mukanya menjadi kejang dan berubah semakin pucat, badannya berkelejotan sebentar terus menjadi kaku.

Badik Buntung - Chin TungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang