"Cu-giok, jiwamu terlalu sempit Hun-siauhiap bukan orang macam itu!"
Thian-hi mendengarkan percakapan mereka, ia sedang mempertimbangkan diri, perlukah ia keluar mengunjukkan diri, sementara itu Ce Hun Totiang dan Bun Cu-giok sudah semakin dekat.
Akhirnya Thian-hi ambil putusan, serunya, "Totiang tunggu sebentar!"
Rupanya Ce Hun Totiang tidak mengira di tempat itu ada orang, cepat ia memutar tubuh serta berteriak tanya, "Siapakah itu?" tapi serta melihat yang muncul adalah Thian-hi ia jadi kememek, akhirnya ia berseru kegirangan. "Kau!" namun begitu teringat peristiwa dulu yang memalukan itu ia jadi menyesal dan menunduk, rasanya ingin ia menyembunyikan mukanya.
Thian-hi cepat maju sapanya kepada Bun Cu-giok, "Cu-giok, bagaimana keadaanmu selama berpisah?" lalu ia pun bertanya kepada Ce Hun Totiang, "Kudengar Totiang mencariku untuk sesuatu urusan, entah untuk keperluan apakah?"
Muka Ce Hun berubah serius, katanya tegas, "Sungguh Pinto tidak mengira bakal bertemu Hun-siauhiap di tempat ini, sungguh kebetulan!"
Sebetulnya ia rikuh untuk menjelaskan cuma urusan sudah ketelanjur terpaksa ia harus memberi penjelasan, "Sudah lama kami guru dan murid ingin mohon ampun akan dosa-dosa yang lalu, tapi selama ini belum ketemu dengan Hun-siauhiap!"
Thian-hi menjadi rikuh sendiri, sahutnya tertawa ewa, "Kejadian dulu cuma karena kesalahan paham belaka tak usah diungkat-ungkat lagi, apalagi dulu akupun pernah mendapat pertolongan jiwa dari Cu-giok beberapa kali, budi pertolongan inipun belum semua kubalas!"
Sungguh malu dan menyesal pula hati Bun Cu-giok serta mendengar ucapan Thian-hi ini...... Perbuatan dirinya yang terakhir begitu tercela dan hina, bukan saja tidak dinista malah orang bicara begitu sungkan, maka dengan penuh haru dan menyesal ia berkata, "Hun-siauhiap bicara sungkan, betapa hina dina aku Bun Cu-giok ini, cuma aku harap Hun-siauhiap suka memaafkan! Betapa cupat dan sempit jiwaku, tapi kau tak dendam akan kesalahanku yang memalukan itu, sungguh aku Bun Cu-giok berhutang budi dan banyak terima kasih!"
"Saudara Cu-giok main kelakar saja, soalnya dulu terdesak oleh keadaan tidak bisa aku bekerja menurut situasi, mana bisa menyalahkan kau!"
Lalu Hun Thian-hi bertanya lebih lanjut kepada Ce Hun Totiang, "Totiang sebenarnya apakah yang telah terjadi, bolehkah beri penjelasan kepada Wanpwe?"
Ce Hun Totiang menghela napas, ujarnya, "Dikata soal besar ya besar, dianggap soal kecil yang sepele. Ciok Yan kena diculik orang, Hoan-hu Popo juga terluka oleh orang itu."
"O," seru Thian-hi heran, tanyanya pula, "Siapa penculiknya?"
"Kalau orang lain sih mending, soalnya penculik itu adalah Bian-hok Lojin (si tua kelelawar)",
Thian-hi bercekat, serunya kejut, "Si tua kelelawar maksudmu!" sungguh ia tidak menduga, karena si tua Kelelawar merupakan tokoh aneh yang disegani pula di Bulim, seorang diri ia menempati sebuah gedung besar, tiada seorangpun yang pernah melihat ia keluar dari sarangnya, tapi tiada seorangpun juga yang berani memasuki gedungnya itu, orang yang pernah masuk kesana, tiada seorangpun yang bisa keluar dengan selamat.
Cuma tiada seorangpun kaum persilatan yang menanam permusuhan atau berhutang budi terhadapnya, maka ia tidak menduga orang yang disegani dan diindahkan ini justru telah menculik seorang gadis remaja.
"Bagaimana bisa terjadi hal ini?" tanya Thian-hi minta penjelasan.
Pelan-pelan Ce Hun Totiang menggeleng kepala, katanya, "Aku sendiri juga kurang jelas, sudah sekian lamanya Hoan-hu Popo belum sadar waktu peristiwa ini terjadi kebetulan kami tidak ada di rumah!"
Tidak habis heran Thian-hi kenapa si tua Kelelawar meluruk jauh ke gurun utara, melukai berat Hoan-hu Popo serta menculik Ciok Yan. Tempat tinggal si tua Kelelawar tidak jauh dari sini setelah berpikir masak segera ia berkata, "Mari kuiringi Cianpwe meluruk kesarangnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Badik Buntung - Chin Tung
AdventureAwalnya hendak meminta Badik Buntung, senjata peninggalan dari orang tuanya yang telah meninggal kepada seorang teman ayahnya membuat Hun Thian Hi menjadi musuh Rimba Persilatan. Tanpa sengaja menerima sebuah ilmu sesat dari seorang tokoh Iblis memb...