64. Pertemuan Dua Dedongkot Iblis

2.6K 55 1
                                    

Siau Hong tertawa, ujarnya, "Siocia sudah tahu, beliau suruh aku memberitahu pada kau tak usah banyak sungkan lagi, Kim-ji (burung rajawali) sudah menunggu di depan pintu. kau naik burung menuju ke Siong-san, kelak masih ada kesempatan bertemu!"

Hun Thian-hi terlongong, mulutnya sudah terbuka tapi tak kuasa berbicara.

Kata Siau Hong pula, "Sudah jangan melamun, kata-kata Siocia tidak akan salah."

Mendelu rasa hati Thian-hi, pikirnya, kenapa Ham Gwat berlaku demikian terhadap diriku, si orang tua itu mengatakan bahwa dia sangat baik terhadapku. Memang sikap dan lakunya sangat baik terhadap aku, namun kenapa ia menghindari pertemuan dengan aku. Sebelum aku berangkat untuk meninggalkan dia kenapa tidak mau datang, mungkinkah ada suatu persoalan yang tidak disenangi akan diriku? Demikian hatinya mereka-reka, akhirnya ia tertunduk.

Melihat keadaan Thian-hi berkilat biji mata Siau Hong, matanya melirik keluar lalu pelan-pelan maju mendekat dan katanya lirih, "Bodoh. Kelakuan Siocia ini adalah demi kebaikanmu, hayo berangkat, jangan melamun lagi!"

Tergetar sanubari Thian-hi, dengan kaget ia angkat kepala mengawasi Siau Hong. Siau Hong kegelian menutup mulut terus berlari keluar.

Thian-hi menjublek lagi di tempatnya, dia masih belum paham kemana maksud juntrungan kata-kata Siau Hong tadi, tapi ia percaya bahwa Siau Hong tidak akan ngapusi dirinya. Akhirnya bergegas ia memburu keluar, terpikir olehnya Kim-ji pernah memancing Bu Bing Loni sehingga terluka parah oleh pedangnya, sekarang aku harus meniliknya dan melihat bagaimana keadaan sebenarnya.

Di ambang pintu kamar batu, benar juga berdiri seekor burung rajawali besar. Tingginya melebihi badan manusia, matanya merah berkilat, lehernya berkilau mas membundar, sekilas pandang perawakannya memang sangat angker dan gagah.

Melihat Thian-hi sudah keluar segera Siau Hong berlari datang, serunya, "Coba kau lihat, bagaimana Kim-ji ini?"

"Sangat gagah dan kereng, seperti seorang jendral saja layaknya!"

Siau Hong senang dan tertawa geli, dengan tangannya ia peluk leher burung rajawali serta katanya, "inilah orang yang tempo hari kau tolong itu, dia adalah sahabat karib Siocia kami, bawalah dia pergi ke Siong-san!"

Rajawali itu berpaling dan memandang tajam kepada Hun Thian-hi, mulutnya bersuara rendah. Siau Hong menggerakkan tangan minta Hun Thian-hi maju mendekat, dengan tertawa ia berkata sambil mengelus-elus bulu leher sang burung, "Terima kasih akan pertolonganmu kepadaku tempo hari!"

Burung itu berpekik keras sekali lalu manggut-manggut. kedua sayapnya dipentang lebar. Terlihat oleh Thian-hi sepasang sayap burung itu terbentang ada dua tombak lebih, diam-diam ia kejut dan girang.

Kata Siau Hong, "Dia minta kau lekas naik, cepatlah kau berangkat saja."

Setelah berada di punggung burung rajawali, Thian-hi mengapai tangan kepada Siau Hong serunya, "Selamat bertemu!"

Siau Hong membalas lambaian tangan. serunya, "Berangkatlah, mungkin bersama Siocia kami juga akan menyusul kesana, hati-hatilah kau, Tok-sim-sin-mo sangat jahat."

Thian-hi manggut-manggut, sementara itu burung rajawali sudah mengembangkan sayapnya terus melambung ke tengah udara, sebentar saja mereka sudah berada di tengah angkasa menuju ke Siong-san.

◄Y►

Senjakala tiba, Thian-hi pun tiba di Siong-san, burung rajawali segera menukik turun dan hinggap di atas puncak yang berdekatan. Setelah turun dan menginjak tanah Thian-hi menepuk leher Kim-ji serta berkata, "Kim-ji! Silakan kau pulang, sampaikan salam hormat dan terima kasih pada majikanmu!" Kim-ji berbunyi sekali sambil manggut-manggut terus terbang kembali dan menghilang.

Badik Buntung - Chin TungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang