79. Pemulihan Kesadaran Dedengkot Racun

2.3K 46 0
                                    

Thian-hi melengak, bahwasanya ia tidak tahu bahwa di dalam Jian-hud-tong ini ada tersimpan harta benda apa maka ia menyahut tawar, "Untuk mencari harta? Kalau untuk harta benda apa perluku kemari, yang terang aku dipancing Tok-sim-sin-mo masuk ke tempat ini."

Agaknya orang itu juga merasa di luar dugaan. "Tok-sim-sin-mo?" gumamnya, matanya segera memancarkan rasa gusar yang berapi-api, sesaat kemudian baru ia bersuara pula, "Kau ahliwaris dari Wi-thian-chit-ciat-sek? Siapa kau? Dan murid siapa?"

Melihat sikap orang sudah tidak segarang semula, Thian-hi menjadi lega, sahutnya kemudian, "Benar aku ahliwaris Wi-thian-chit-ciat-sek. Aku bernama Hun Thian-hi. Murid Lam-siau!"

"Lam-siau?" dengus orang itu.

"Ya!" sahut Thian-hi tersenyum ewa. "Tapi Ka-yap Cuncia menganugerahkan Wi-thian-chit-ciat-sek kepada aku, apakah ada salahnya? Sudah banyak yang kau tanyakan padaku, sekarang giliranku bertanya pada kau. Siapa kau sebenarnya?"

Agaknya orang itu rada melengak akan jawaban dan pertanyaan Thian-hi, sesaat baru ia menjawab, "Tak menjadi soal kau tahu siapa aku. Akulah Pek-tok-kau Kaucu, Pek-tok Lojin!"

Thian-hi tercengang. Pek-tok-kau bercokol di daerah barat daya. Pek-tok Lojin merupakan calon seorang iblis yang sangat disegani pada jamannya dulu, sepuluh tahun yang lalu mendadak menghilang dari percaturan dunia persilatan hingga kini belum diketemukan jejaknya, sehingga Pek-tok-kau pun menjadi cerai berai dan bubar karena tiada orang yang memimpinnya.

Siapa duga sepuluh tahun kemudian, Pek-tok Lojin muncul pula di dalam gua yang sempit dan gelap ini, malah membekal ilmu silat yang lebih aneh dan lihay lagi. sungguh sulit dibayangkan akan kebenarannya.

Dan yang menambah keheranannya bahwa Pek-tok Lojin kenapa bermuka mirip sekali dengan Giok-yap Cinjin. Tokoh macam Pek-tok Lojin yang diberitakan di Kang-ouw dulu tidak menyerupai bentuknya sekarang.

Agaknya Pek-tok Lojin tahu apa yang tengah di sangsikan oleh Thian-hi, katanya tertawa dingin, "Kau heran kenapa aku berubah seperti bentukku ini bukan? Baiklah kujelaskan. Sepuluh tahun yang lalu aku masuk ke Jian-hud-tong dengan tujuan mencari Ni-hay-ki-tin, tapi sepuluh tahun kemudian baru aku berhasil dapat keluar."

Tersentak hati Thian-hi, serunya, "Ni-hay-ki-tin?" — Hampir ia tidak percaya pada pendengarannya bahwa Ni-hay-ki-tin berada di dalam Jian-hud-tong ini, mimpi juga tidak menduga sebelumnya.

"Ya, berada di dalam gua ini," jengek Pek-tok Lojin. "Jika masuk lebih dalam sana tibalah di Mi-kiong (istana sesat), aku masuk kesana dan menghabiskan waktu sepuluh tahun baru berhasil keluar. Waktu berjalan keluar aku sudah kehabisan tenaga, kebetulan bentrok dengan Tok-sim-sin-mo. Dalam keadaan payah sudah tentu aku bukan tandingannya, gampang saja aku teringkus olehnya, dia mengupas kulit mukaku dan mengganti dengan bentuk lain, ia menekan aku harus mendengar perintahnya!" ~ sampai disini ia bergelak tawa saking murka dan penasaran.

Sekarang baru jelas bagi Thian-hi duduk perkara sebenarnya Tok-sim-sin-mo memang sengaja hendak membuat geger dunia persilatan dengan rencana jangka panjang secara diam-diam ia menculik jasat Giok-yap Cinjin dan mengelupas kulit mukanya untuk ditempelkan di muka Pek-tok Lojin, secara berani ia coba-coba melaksanakan rencana jahatnya. Untung Pek-tok Lojin tidak sampai kena diperalat olehnya, kalau tidak entah bagaimana jadinya dengan gelombang pertikaian dunia persilatan.

Terdengar pula Pek-tok Lojin melanjutkan, "Beruntung akhirnya aku dapat lolos dari genggamannya itu, aku sembunyi di tempat ini dan kebetulan ketemu dengan Siau-pek-mo (si ular putih kecil), pernah terjadi hampir saja Tok-sim-sin-mo menemui ajalnya di bawah keganasan bisa Siau-pek-mo. Sayang ia takut melihat sinar cahaya!" — Sampai disini ia merandek lalu sambungnya mendengus dingin, "Kalau tidak mungkin sejak lama bersama Siau-pek-mo aku sudah keluar dari gua ini. Tapi selama mengeram diri disini aku berhasil juga mempelajari Ling-coa-pou, tapi aku tak kuasa meninggalkan tempat ini."

Badik Buntung - Chin TungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang