24. Pembelaan Seorang Sahabat

2.4K 48 1
                                    

Begitu berhasil lolos dari kepungan seketika Thian-hi rasakan dadanya sesak dan mual, tanpa kuasa mulutnya lantas menyemburkan darah segar, sekali lompat ke atas punggung kudanya terus mencongklang keluar hutan.

Dalam ilmu Gin-ho-sam-sek hanya jurus ketiga inilah yang paling ganas dan merupakan jurus menyerang melulu. Dulu karena belum selesai sempurna ciptaan jurus ketiga ini maka Soat-san-su-gou tak berani melancarkan melawan Bu Bing Loni sehingga mereka sendiri yang menjadi korban. Atau kalau terpaksa dilancarkan tentu untuk hari-hari selanjutnya bilamana Hun Thian-hi melancarkan jurus ini Bu Bing Loni takkan gentar dan dapat menyelami inti sari serta pemecahannya.

Kenyataan memang mereka terdesak dan bakal kalah akhirnya mereka sembunyikan jurus yang terlihay ini khusus diturunkan kepada Hun Thian-hi. Kalau Hun Thian-hi kelak berhasil mempelajari dengan sempurna tentu akan merupakan tekanan berat bagi Bu Bing.

Dengan luka-luka berat Thian-hi sampai di atas kudanya terus menerjang keluar hutan. Waktu sampai di luar hutan dimana sudah ada orang yang menunggunya. Pertama-tama Toh-bing-cui-hun yang menyerang lebih dulu, sekali ayun tangan kanan cincin pencabut nyawa dan Cui-hun-chit-sa-to sekaligus diberondong keluar, semua mengarah tempat mematikan di tubuh Thian-hi.

Meski luka dalam sangat berat, tapi musuh menghadang jalan, terpaksa ia menahan sakit dan kerahkan tenaga, dengan menggeram gusar pedangnya berkelebat miring, cukup dengan jurus Tam-lian-hun-in-hap seluruh hujan senjata rahasia kena dipukul runtuh.

Sementara itu jarak kedua belah pihak sudah semakin dekat terpaksa Toh-bing-cui-hun Cu Hwi menggunakan pedang menyerang Thian-hi. Di belakangnya tampak Tosu gila juga muncul, teriaknya tertawa, "Bocah, mau lari kemana lagi!"

Perasaan Thian-hi menjadi pedih seperti diiris-iris. Tosu gila yang tempo hari pernah berjanji hendak membantu dirinya sekarang berbalik memusuhi dirinya. Saking berduka ia bergelak tawa panjang, pedangnya bergerak kencang menangkis dan menyampok serangan senjata para musuh, karena gelak tawanya ini darah menyembur lagi dari mulutnya. Melihat keadaan Thian-hi, Tosu gila menjadi kaget, biji matanya memancarkan sorot cahaya aneh berkilat.

Beruntun pedang Thian-hi menutul dan menabas ke arah kedua musuh, terpaksa Tosu gila berkelit mundur, Thian-hi berkesempatan mengeprak kudanya lari.

Tidak jauh Thian-hi lari Gwat Long dan Sing Poh sudah menyusul tiba. Tubuh mereka bagai terbang mencelat tiba menghadang jalan Hun Thian-hi.

Hun Thian-hi menjadi sengit bentaknya, "Jangan kalian terlalu mendesak orang!" — matanya mendelik membara ke arah kedua musuhnya.

Gwat Long dan Sing Poh menjadi gentar dan mundur ketakutan. Dengan gusar Thian-hi menggentakkan pedang menyerang lagi, karena kata-katanya tadi ia menyemburkan darah segar. Urusan sudah ketelanjur sedemikian jauh terpaksa Gwat Long berdua pun tak mau menyudahi begitu saja. Mana kuat dan mana lemah jelas dapat dibedakan, sekali balas menyerang pedang Thian-hi mencelat dari cekalannya.

Tepat saat itu Toh-bing-cui-hun juga telah memburu tiba, pedangnya menusuk ke lambung Thian-hi karena tak membekal senjata terpaksa Thian-hi menjepit perut kudanya melecutnya ke depan untuk menghindari tusukan ganas ini.

Melihat Toh-bing-cu-hun Cu Hwi begitu bernafsu hendak membunuh Thian-hi, memang inilah yang menjadi maksud tujuan Gwat Long berdua, lambat-lambat saja mereka bergerak memberi peluang kepada Cu Hwi. Cu Hwi lancarkan pula tabasan mengarah paha Thian-hi.

Sekonyong-konyong dari tengah udara meluncur sesosok bayangan orang, dimana sinar perak berayun kontan pedang Cu Hwi kena tergulung terbang ke tengah udara.

Tampak Bun Cu-giok meluncur hinggap di tanah, sekilas dilihatnya dari kejauhan banyak Tosu tengah memburu tiba, cepat-cepat ia berseru kepada Thian-hi, "Saudara Hun. Lekas lari!"

Badik Buntung - Chin TungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang