39. Kembali ke Pangkuan Guru

2.3K 44 1
                                    

"Bagaimana! Tidak mau serahkan?" desak Kiu-yu-mo-lo mengancam.

Hwi-king Lojin dan Tang Siau-hong mengeluh dalam hati, namun apa daya, terpaksa mereka saling pandang saja tanpa buka suara, dalam hati masing-masing sedang berpikir cara bagaimana mencari akal untuk mengatasi situasi tegang ini.

"Jiwa bocah ini sebagai tumbal dari buah ajaib itu terserah cara bagaimana kalian hendak menyelesaikan jual-beli ini."

Setelah merenung sesaat lamanya, Tang Siau-hong buka bicara, "Apakah yang kau maksudkan Kiu-thian-cu-ko?"

"Benar!" dengus Kiu-yu-mo-lo, cahaya matanya memancar terang, "Muridmu ini membawa aku kemari, tentu kau juga tahu dimana jejak buah ajaib itu!"

Hati Tang Siau-hong menjadi rada marah dan sesalkan tindakan Sutouw Ci-ko yang ceroboh dan brutal itu, hidungnya mandah mendengus tanpa buka suara lagi.

Segera Hwi-king Lojin menalangi, setelah tertawa kering ia berkata, "Gurunya pun tidak tahu dimana buah ajaib itu berada, justru karena dia tidak mau beritahu kepada gurunya maka gurunya ini mengusirnya dari perguruan. Kalau mau tanya, silakan tanya kepadanya saja!"

Mereka maklum bahwa maksud tujuan kedatangan Kiu-yu-mo-lo adalah buah ajaib itu, maka segala tanggung jawab urusan ini ditumplekkan kepada Sutouw Ci-ko, demi mencapai tujuan dan hasratnya tentu Kiu-yu-mo-lo takkan mencelakai jiwa Sutouw Ci-ko.

Dengan memicingkan mata Kiu-yu-mo-lo pandang air muka kedua musuh tua ini ganti-berganti dengan cermat, diam-diam hatinya mengumpat caci akan kelicikan akal Sutouw Ci-ko, serta merta terbayang olehnya waktu Tang Siau-hong pertama kali melihat Sutouw Ci-ko tadi sikapnya memang kurang senang dan tak mau gubris padanya.

Sejenak ia berpikir, lalu berkata, "Baik! Sementara ini aku percaya akan obrolan kalian, akan kuperas keterangannya." — selesai berkata ia memutar tubuh hendak tinggal pergi.

"Nanti dulu!" teriak Tang Siau-hong, melihat orang hendak membawa Sutouw Ci-ko ia menjadi gugup.

"Kenapa?" tanya Kiu-yu-mo-lo sambil berpaling, "Apa kalian hendak menahan aku?" — wajahnya mengunjuk senyum sinis yang menyebalkan.

Hwi-king segera memberi aba-aba kepada Tang Siau-hong serempak mereka bergerak pencar kedua arah cepat sekali mereka mencari kedudukan menggencet Kiu-yu-mo-lo di tengah antara mereka.

Kiu-yu-mo-lo menyeringai dingin, ujarnya, "Kalian sangka aku takut, kalau kalian tidak mau lepas aku, terpaksa kita harus gugur bersama, atau kalian sudah tidak hiraukan lagi mati hidup bocah ini?"

Hwi-king rada sangsi, katanya, "Kalau kulepas kau, apakah jiwanya masih bisa hidup?"

"Itu terserah kepada sikapnya selanjutnya!" jengek Kiu-yu-mo-lo dingin.

"Sebagai murid murtad aku tidak mengharapkan dia lagi," demikian kata Tang Siau-hong tanpa emosi, "Tapi kami pun tidak bisa melepas kau membuat keonaran di kalangan Kang-ouw."

Berubah air muka Kiu-yu-mo-lo, kalau Tang Siau-hong berdua tidak mementingkan jiwa Sutouw Ci-ko dirinya betul-betul bisa konyol di tempat ini. Dengan tertawa dingin segera ia berkata, "Kau sangka aku takut kepada kamu berdua?" di mulut ia bicara garang, hakikatnya hatinya sangat membenci Sutouw Ci-ko, diam-diam ia menerawang mencari akal cara bagaimana harus meloloskan diri, kalau Sutouw Ci-ko tidak tahu tempat dimana beradanya buah ajaib itu, sungguh ingin rasanya ia bunuh bocah kurang ajar ini.

Mulut Tang Siau-hong memang mengancam dengan angkernya, namun iapun ragu-ragu untuk bertindak. Jikalau Sutouw Ci-ko tidak berteriak supaya mereka tidak hiraukan jiwanya lagi, mungkin sekarang ia sudah bertindak demi kepentingan kaum persilatan umumnya, namun situasi sekarang sudah membuatnya serba sulit.

Badik Buntung - Chin TungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang