Orang itu berpaling dan membentak kepada empat orang berkedok itu, "Goblok semua. Lekas pulang!"
Diam-diam bercekat hati Thian-hi, siapakah orang ini, lwekangnya terasa begitu ampuh. Namun bagaimana juga ia tidak bisa berpeluk tangan membiarkan Badik Buntung dibawa lari musuh.
"Lari kemana!" bentaknya keras, tangkas sekali ia melejit ke depan.
Pendatang baru itu menjengek dingin terus merintangi di depannya, katanya, "Kalau mau Badik Buntung itu hadapi aku dulu!"
Terpaksa Thian-hi meluncur turun, dengan seksama ia amat-amati orang di depannya ini, orang ini pun mengenakan pakaian serba hitam dan mengenakan kedok pula, maka dengan gusar ia membentak, "Siapa kau? Kenapa main sembunyi tak berani unjuk tampangmu asli."
Orang itu menyeringai, desisnya, "Cerewet!"
Semakin memuncak amarah Thian-hi, segera ia lancarkan serangannya memukul ke arah musuh. Orang itu pun tak berani pandang enteng, karena jelas keempat kawannya tadi bukan tandingan lawan, sedikitpun ia tidak berani takabur, serempak kedua belah pihak lancarkan serangannya sama-sama ingin mendahului bergerak dan mengambil inisiatif penyerangan.
Dasar sifat Thian-hi memang angkuh, melihat sebegitu lama tak berhasil mendesak lawan hatinya semakin gundah dan murka, tiba-tiba ia membentak sembari lancarkan serangan membadai. Orang itu pun tak mau kalah urat, dengan cepat ia pun lancarkan serangan deras.
Thian-hi sangat bernafsu bertempur, dihitung-hitung waktunya keempat musuh yang lari tadi sudah tidak kelihatan bayangannya, tentu sudah lari jauh. Mendadak ia melejit tinggi sebelah tangannya meraih memotes sebatang dahan pohon, dengan batang pohon inilah ia lancarkan serangan. Alunan gelombang berderai dari ilmu Gin-ho-sam-sek, sekuntum bayangan hijau berkembang menungkrup ke arah orang berkedok itu
Melihat Hun Thian-hi mendadak lancarkan jurus serangan aneh dan lihay ini terkejut orang berkedok, betapa pun ia berusaha menghindar dengan segala kemampuan kepandaiannya, sayang tak keburu lagi, kontan tiga jalan darah di tubuhnya kena tertutuk oleh Thian-hi.
Setelah membuang dahan pohon Thian-hi maju menghampiri dan menanggalkan kedok orang, sesaat ia terkejut kesima, akhirnya menjengek dingin, "Ternyata Kim ji-chengcu dari Kim-ke-cheng yang kenamaan di kolong langit!"
Memang Kim-ke-cheng sangat terkenal di seluruh jagad ini. di bawah pimpinan Toa-chengcu Ki-thian Lojin Kim Poan-long dan Ji-chengcu Hek-san-khek Kim Ci-ling yang berkepandaian tinggi dan tenar.
Sembari mendengus Thian-hi membebaskan tutukan jalan darah di tubuh Hek-san-khek Kim Ci-ling, katanya, "Adakah Ji-chengcu punya persoalan dengan aku Han Thian-hi, kenapa tidak bicara secara terang-terangan saja, buat apa mengenakan kedok menyergap di tengah jalan."
Hek-san-khek Kim Ci-ling menggeram gusar tanpa membuka suara.
Kata Hun Thian-hi lagi, "Kim-ji-chengcu, meski akui Hun Thian-hi belum lama kelana di Kangouw, namun sejak lama aku pernah dengar dari penuturan guruku bahwa Kim-ke-cheng kedua chengcu merupakan tokoh-tokoh kosen yang gagah perwira dan paling setia kawan, tak duga........"
Mendengar sindiran Thian-hi ini, Hek-san-khek Kim Ci-ling menutup mukanya dengan kedua tangan terus lari sembunyi ke dalam hutan.
Thian-hi kaget dibuatnya, bentaknya, "Lari kemana kau?" dengan kencang iapun mengejar. Baru saja badannya meluncur tiba-tiba dilihatnya Kim Ci-ling angkat sebelah tangannya memukul ke batok kepala sendiri, keruan bukan main kejut Thian-hi, tersipu-sipu ia memburu maju, telak sekali ia menutuk jalan darah pelemas di tubuh Kim Ci-ling.
Begitu hinggap di tanah Thian-hi membuka jalan darah Kim Ci-ling lagi, serunya, "Seorang laki-laki asal tidak melakukan perbuatan yang memalukan kenapa harus mencari jalan pendek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Badik Buntung - Chin Tung
AdventureAwalnya hendak meminta Badik Buntung, senjata peninggalan dari orang tuanya yang telah meninggal kepada seorang teman ayahnya membuat Hun Thian Hi menjadi musuh Rimba Persilatan. Tanpa sengaja menerima sebuah ilmu sesat dari seorang tokoh Iblis memb...