Dalam pada itu laba-laba merah itu sudah maju semakin dekat ke arah Bu Bing Loni. Bu Bing Loni berdiri diam siap siaga, bahwasanya ia sendiri pun tidak berani memandang rendah musuh binatangnya ini, kalau toh dirinya sudan datang dan bersikap takabur adalah aib bila ia mundur dan tak kuasa melawan.
Agaknya laba-laba merah itu juga merasa bahwa musuh yang dihadapi kali ini rada kuat dan merupakan lawan berat, sedikit pun ia tidak berani ceroboh, segala tindakan harus diperhitungkan lebih dulu.
Pancaran biji mata Bu Bing Loni semakin tajam dengan lekat ia perhatikan setiap gerak-gerik kedelapan kaki-kaki panjang laba-laba merah itu, pelan-pelan setapak demi setapak ia menggeser maju lebih dekat.
Dalam jarak kira-kira setombak lebih laba-laba merah menghentikan langkahnya, agaknya ia belum pernah melihat seorang manusia yang berani menantang dirinya, sesaat seperti ragu-ragu apakah musuh dihadapannya ini punya andalan untuk mengalahkan dirinya ataukah merupakan gertak sambel belaka. Demikian ia bertanya-tanya dalam hati.
Lambat dan pasti ujung mulut Bu Bing mengulum senyum dingin. Tiba-tiba laba-laba merah merangkapkan seluruh kaki-kakinya kontan badannya yang segede gantang itu mencelat terbang, di tengah udara kakinya berkembang pula langsung menubruk ke batok kepala Bu Bing Loni.
Bu Bing menggerakkan badan tanpa menggeser kaki seolah-olah ia bergaya hendak berkelit ke sebelah kiri, laba-laba merah lantas menyemburkan gelagasinya ke sebelah kiri, tapi secepat itu pula Bu Bing Loni merubah arah ke kanan seperti hendak menghindar, laba-laba merah lagi-lagi menyemburkan gelagasinya membendung jalan mundur Bu Bing Loni, beberapa kali Bu Bing bergerak ke berbagai arah selalu dirintangi atau dicegat oleh gelagasi, suatu ketika mendadak ia melesat langsung menubruk ke arah laba-laba merah itu.
Berulang kali laba-laba merah menyemburkan gelagasinya untuk merintangi Bu Bing melarikan diri, kini mendadak melihat Bu Bing menubruk langsung ke arah dirinya, agaknya ia tercengang, tanpa sempat banyak pikir iapun mencelat maju menyongsong ke arah Bu Bing Loni.
Di tengah jalan tangan kiri Bu Bing Loni merogoh ke dalam lengan bajunya, selarik sinar hijau kemilau berkelebat tiba-tiba Badik Buntung melesat keluar dari timpukan tangannya langsung meluncur ke arah tengah-tengah di antara kedua mata laba-laba merah, sementara tangan kanan Bu Bing sendiri juga memutar pedang panjang, gelombang hawa pedangnya sekaligus menangkis dan memental balikkan seluruh gelagasi yang membendung dirinya hingga ia sempat mencelat keluar.
Sambitan Badik Buntung Bu Bing Loni adalah begitu telak dan cepat luar biasa, belum lagi laba-laba merah menyadar dan tidak sempat berkelit, lagi kontan Badik Buntung amblas seluruhnya di tengah kedua matanya, seketika ia menjerit keras dan aneh, lambat laun badannya menjadi lemas dan roboh mati.
Setelah mencelat keluar dan berdiri tegak Bu Bing Loni unjuk tawa dingin yang sangat bangga. Sebenarnyalah hatinya pun kebat-kebit, caranya menghadapi laba-laba merah memang teramat berbahaya sekali, seumpama sambitannya tadi tidak mengenai sasarannya, pasti seluruh tubuhnya bakal terlibat gelagasi yang beracun itu, ini berarti jiwanya tidak akan tertolong lagi.
Melihat Bu Bing sudah mengunjuk kepandaiannya sejati membunuh laba-laba merah, tengkuk Bok-pak-it-koay jadi berkeringat dingin. Betapa lihay dan tinggi kepandaian Bu Bing Loni, mengandal kemampuan sendiri masa kuasa melawannya?
Dasar licik dan berpengalaman luas Ang-hwat-lo-mo dapat meraba kemana jalan pikiran Bok-pak-it-koay, ia tahu bila ia bantu Bok-pak-it-koay menghadapi Bu Bing tentu orang akan berhutang budi pada dirinya, tapi yang penting sekarang dengan cara, apa pula sampai Hun Thian-hi sudi berpihak pada mereka,
Sekilas ia melirik Thian-hi otaknya mendapat akal, lalu katanya tawar pada Bu Bing Loni, "Bukankah yang kau gunakan tadi Badik Buntung?"
Tujuan Ang-hwat-lo-mo adalah mengadu domba antara Hun Thian-hi dengan Bu Bing Loni, bila mereka sudah saling berhantam baru dirinya ikut terjun ke dalam gelanggang, begitulah rencananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badik Buntung - Chin Tung
AventuraAwalnya hendak meminta Badik Buntung, senjata peninggalan dari orang tuanya yang telah meninggal kepada seorang teman ayahnya membuat Hun Thian Hi menjadi musuh Rimba Persilatan. Tanpa sengaja menerima sebuah ilmu sesat dari seorang tokoh Iblis memb...