"Bila kau sudi membantu kami, itu berarti sudah menambal kekurangan itu!"
Coh Jian-jo tertawa ewa, katanya, "Apa gunanya kau tolong aku keluar? Setelah berada di luar, dalam tiga hari pasti aku bakal mampus, apa pula gunanya?"
Thian-hi terhenyak, pikirnya, "Kiranya begitu, Tok-sim-sin-mo pasti mencekoki semacam obat beracun padanya, obat pemunah Sutouw Ci-ko belum lagi dapat dicari, kecuali aku mendapatkan obat pemunah itu, tiada jalan lain untuk dapat melemaskan hatinya. Dalam waktu dekat ini terang tiada daya untuk menolong Coh Jian-jo keluar."
Coh Jian-jo masuk ke dalam kamar, tak lama kemudian keluar pula dengan membawa sebuah gergaji, panjang gergaji ini cuma satu kaki tapi mengkilap hitam agaknya terbuat dari Kiu-thian-ham-giok, tanpa banyak kata segera ia berkerja menggergaji sela-sela antara pintu besi dan batu karang itu, lalu tertawa berkata kepada Hun Thian-hi, "Sekarang kalian boleh tinggal pergi!" Lalu ia membalik tubuh masuk ke dalam pula......
Sekonyong-konyong teringat suatu hal oleh Thian-hi, cepat ia berseru keras, "Coh-cianpwe. harap tunggu sebentar!"
Coh Jian-jo merendek dan berpaling ke arah Hun Thian-hi, katanya, "Aku sendiri punya perhitunganku, kau tidak usah kuatir akan diriku, tak lama lagi kau akan tahu sendiri!"
"Bukan itu maksud saya," ujar Hun Thian-hi.
"Ada sebuah benda yang ingin kuperlihatkan kepada kau!"
Coh Jian-jo melenggong, tak tahu ia benda apa yang akan diperlihatkan kepadanya. Tampak Hun Thian-hi pelan-pelan merogoh keluar sarung Badik Buntung dari dalam bajunya terus diangsurkan kepada Coh Jian-jo.
Mengawasi, sarung Badik Buntung itu terpancar sorot aneh dan berkilat dari biji mata Coh Jian-jo, begitu kesima ia mengawasinya tanpa berkedip, akhirnya dia tertawa ujarnya, "Jadi sarung Badik Buntung berada di tangan Hun-siauhiap?"
Thian-hi manggut-manggut, sahutnya. "Wanpwe ada dengar kabarnya rahasia dari Ni-hay-ki-tin hanya Cianpwe seorang saja yang tahu, maka dengan lancang berani kukeluarkan sarung Badik Buntung ini mohon petunjuk. Ingin aku tahu mengapa kaum persiliatan sama ingin memperoleh Ni-hay-ki-tin itu?"
Coh Jian-jo tertawa tawar, katanya, "Mengenai soal itu, hakikatnya aku tidak tahu menahu mungkin Hun-siauhiap salah dengar dari obrolan orang yang suka membual!"
Tahu bahwa Coh Jian-jo segan membocorkan rahasia ini. Hun Thian-hi pun tertawa saja, katanya, "Sarung Badik Buntung ini tiada gunanya selalu ku bawa-bawa, harap Cianpwe suka menerimanya, mungkin jauh lebih selamat, bila selalu ku bawa-bawa." — Lalu ia berikan sarung Badik Buntung itu kepada Coh Jian-jo lalu menyeret tangan Su Giok-lan menerjang-keluar.
Sambil memegangi sarung Badik Buntung Coh Jian-jo terlogong di tempatnya, sesaat ia menjadi bingung apa yang harus dilakukan. Sungguh mimpi juga ia tidak mengira bahwa Hun Thian-hi sudi menyerahkan sarung Badik Buntung itu kepada dirinya.
Melihat Hun Thian-hi berdua hendak pergi, cepat Nyo Ceng berseru, "Hun tayhiap, di luar ada Biau-biau-cu berjaga, jangan Hun-siauhiap memandangnya terlalu enteng!"
"Blang" tanpa banyak pikir Hun Thian-hi tendang pintu besi itu hingga terpental ambruk. Ia insaf sepanjang jalan lorong-lorong ini pasti terpasang berbagai alat rahasia, yang berbahaya, bersama mengembangkan Ginkang Ling-khong-pu-si (berjalan di tengah udara) mereka berdua melesat keluar laksana anak panah.
Peringatan Nyo Ceng akan Biau-biau-cu yang berjaga di luar menimbulkan kewaspadaan Hun Thian-hi, karena Bu-ing-sin-sa atau pasir beracun tiada bayangan Biau-biau-cu merupakan kepandaian tunggal yang paling disegani juga di Bulim.
Begitu menerjang keluar dari kamar batu mereka melesat terus ke depan, beberapa jauh kemudian tiba-tiba di depan mereka tampak berdiri seorang Tosu tua, sekilas pandang lantas Thian-hi tahu, pasti dia itulah Biau-biau-cu, cepat ia melolos keluar serulingnya, bersama Su Giok-lan mereka menerjang terus ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badik Buntung - Chin Tung
AventureAwalnya hendak meminta Badik Buntung, senjata peninggalan dari orang tuanya yang telah meninggal kepada seorang teman ayahnya membuat Hun Thian Hi menjadi musuh Rimba Persilatan. Tanpa sengaja menerima sebuah ilmu sesat dari seorang tokoh Iblis memb...