65. Jaminan Akan Kesucian Diri

1.6K 42 0
                                    

Tok-sim-sin-mo menyeringai sadis, sambil tertawa sinis ia pandang Thian-hi berdua lalu melambaikan tangan, serunya, "Kalian sudahkah pernah dengar nama Pek-tok-hek-liong-ting?" seiring dengan ucapannya ini dari empat penjuru segera terpancang puluhan laras Pek-tok-hek-liong-ting ke arah seluruh hadirin.

Keruan berubah pucat muka seluruh hadirin, mereka adalah tokoh-tokoh tingkat tinggi adalah mustahil bila tidak mengenal asal usul kehebatan Pek-tok-hek-liong-ting.

Tok-sim-sin-mo menyeringai lagi, ujarnya, "Kalian sendiri agaknya sudah bosan hidup, janganlah salahkan aku bila aku turun tangan kejam pada kalian. Tapi aku tidak akan turun tangan sekarang, tadi kudengar Ce Hun dan Hoan-hu juga akan datang, baiklah aku tunggu kedatangan mereka baru bekerja!"

Meski Hun Thian-hi dan Pek Si-kiat sudah mundur di samping, namun merekapun masuk dalam kepungan. Diam-diam ia menerawang situasi dalam gelanggang, ia maklum untuk melarikan diri sendiri adalah tidak sulit bagi dirinya, apalagi Wi-thian-chit-ciat-sek sekarang sudah dapat diselami dalam sanubarinya, petunjuk si orang tua itu sungguh sangat berharga sehingga ia dapat menembus kesukaran yang dialami dalam latihannya. Hanya latihan prakteknya saja memang belum sempurna dan matang.

Para hadirin terdiri dari golongan sesat dan aliran lurus, kedua belah pihak sama punya rasa permusuhan yang menghayati sanubari masing-masing, mana mungkin dia turun tangan menolong mereka? Sedang Ang-hwat-lo-mo adalah tokoh kosen dari golongan sesat. Meski dalam nada perkataan Tok-sim-sin-mo tadi tidak menaruh sebelah mata pada dirinya, tapi Thian-hi jelas mengetahui bahwa Ang-hwat-lo-mo bukan tokoh sembarang tokoh yang boleh dipandang ringan, entah mengapa Tok-sim-sin-mo begitu menghina dan memandangnya rendah.

Tapi dapatkah dia tidak menolongnya? Bukan saja dia sendiri yang harus lolos, bahwa seluruhnya hadirin jelas bersikap memusuhi Tok-sim-sin-mo, bila mereka semua roboh Siau-lim-si pun bakal runtuh secara total dapatkah aku menguasai situasi?

Hatinya sedang bimbang, seluruh hadirin tiada satu pun yang buka suara, seolah-olah mereka sedang dicekam tekanan batin akan ancaman kematian yang sedang dihadapi ini, begitu Ce Hun dan Hoan-hu datang, semua orang tidak akan bisa hidup lebih lama lagi.

Sang waktu berjalan terus, hati masing-masing tengah memikirkan urusan sendiri, sudah tentu apa yang mereka pikirkan satu sama lain berlainan. Tok-sim-sin-mo mengulum senyum sinis, biji matanya yang memutih berkilat dengan dingin memandangi seluruh hadirin. Begitu Ce Hun berdua tiba, segera ia akan bikin mampus semua orang yang hadir disini.

Mata Hun Thian-hi berkilat, akhirnya sambil kertak gigi ia membuka suara kepada Tok-sim-sin-mo, "Kuharap sementara ini jangan kau terlalu takabur, tempo hari aku tidak berbuat kelebihan terhadap kau karena Wi-thian-chit-ciat-sek memang belum sempurna kulatih, sekarang, apakah kau ingin coba perbawa Wi-thian-chit-ciat-sek yang tulen?"

Thian-hi maklum untuk meloloskan diri dari kepungan adalah mudah. Tujuan Tok-sim-sin-mo adalah menumpas seluruh hadirin lalu menghadapi dirinya seorang, bagi dirinya untuk mengatasi situasi gelanggang supaya semua orang dapat menyelamatkan diri adalah terlalu sulit dan berat, tapi aku sudah hadir dan ikut terjun dalam gelanggang yang genting ini, masa aku harus mundur dan ragu-ragu, terpaksa harus kucoba lebih dulu.

"Anggapmu dengan kekuatanmu seorang dapat menandingi kakuatan Pek-tok-hek-liong-ting?" demikian jengek Tok-sim-sin-mo, tiba-tiba tangannya bertepuk lagi, dari empat penjuru muncul pula puluhan laras Pek-tok-Hek-liong-ting.

Tercekat hati Thian-hi, tanpa ayal segera tubuhnya mencelat terbang lempang ke depan, sembari melesat terbang ini, tangannya meraih keluar serulingnya terus menerjang keluar.

Tok-sim-sin-mo berjingkrak gusar, tangan kanan segera diangkat tinggi, seketika puluhan laras Pek-tok-hek-liong-ting terpancang ke arah Hun Thian-hi, dimana terdengar pegas-pegas berbunyi, udara seketika diliputi hujan Hek-liong-ting yang menerjang bersama ke arah Thian-hi.

Badik Buntung - Chin TungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang