Goan Tiong menyengir girang, sejak tadi hatinya kebat-kebit, entah pertanyaan apa yang hendak diajukan oleh Hun Thian-hi? Sekarang mendengar pertanyaan yang sepele ini ia menjadi geli dan berlega hati, bahwasanya mereka paling jelas mengenai hal ini, kalau tidak masa begitu gampang mereka bisa mendapatkan Jian-lian-hok-ling itu?
"Masa hal yang sepele itu tidak dimengerti! Dimana terdapat Jian-lian-kok-ling itu di sekitarnya pasti terdapat pula Laba-laba darah, laba-laba darah ini setiap setengah bulan pasti tertidur. Tatkala Jian-lian-hok-ling itu hampir matang baunya yang harum tersuar luas dan memabukkan, kebetulan pula laba-laba merah itu sedang tertidur, kesempatan inilah digunakan Ang-hwat untuk memasukan Ma Gwat-sian berdua kesana, begitulah kejadiannya! Soal cara bagaimana kami menolong mereka keluar, hal ini jauh lebih gampang lagi, kami turun dari belakang gunung, bukanlah seperti menjinjing kantong saja kami mengeluarkan mereka?"
Thian-hi manggut-manggut sambil tersenyum, tanyanya pula, "Masih ada sebuah pertanyaan, yaitu mengenai kuda hijau, apakah Cianpwe berdua tahu soal ini?"
Goan Tiong berdua beradu pandang lagi, tampak rona wajah mereka rada berubah, kata Goan Tiong pada Hun Thian-hi, "Apa maksudmu mengajukan pertanyaan ini kepada kami?"
Rada kaget juga Thian-hi mendapat pertanyaan balasan ini, sangkanya kedua orang ini pasti tidak tahu, di kolong langit ini masa benar ada kuda warna hijau, pasti obrolan Siau-bin-mo-im saja sebelum ajal, atau mungkin Jing-san-khek itu sengaja hendak mempersukar Siau-bin-mo-im, seumpama memang benar ada kejadian ini, tidak mungkin sekali ia ajukan pertanyaannya lantas tepat pada orang yang berkepentingan.
Dari perubahan air muka kedua orang ini agaknya mereka pasti tahu seluk beluk kuda hijau itu, malah persoalan ini agaknya cukup penting, kalau tidak masa mereka kelihatan bersikap waspada dan hati-hati.
Dalam hati ia terkejut namun lahirnya tetap tenang-tenang saja, katanya pula sambil tertawa, "Aku cuma dengar di kolong langit ini ada seekor kuda hijau, kukira Cianpwe pasti tahu akan kebenaran ini maka kuajukan pertanyaan ini, sebenarnya aku tiada punya maksud apa-apa!"
Goan Tiong menarik muka, katanya dengan sungguh-sungguh, "Apakah benar dan dapat dipercaya ucapanmu ini?"
Thian-hi tidak tahu apa hubungan atau sangkut paut kedua orang ini dengan kuda hijau itu, maka iapun tidak berani memberitahu apa yang dia ketahui, dari cerita Siau-bin-mo-im, katanya, "Berani sumpah bahwa aku memang tidak tahu bila Cianpwe berdua ada mengetahui soal kuda hijau itu!"
"Urusan ini bukan persoalan sembarangan, di kolong langit cuma beberapa orang saja yang tahu perihal kuda hijau itu, dari mana kau bisa tahu, lekas kau jelaskan padaku."
Thian-hi menjadi ragu-ragu, entah mengapa begitu penting dan kelihatannya sangat gawat perihal kuda hijau itu, sebetulnya akulah yang mengajukan persoalan ini kepada mereka, sekarang berbalik menjadi aku yang diperas keteranganku, serta merta ia menjadi kecewa dan menyesal, cuma mencari kesulitan sendiri saja.
Sudah tentu iapun segan menjelaskan keseluruhannya, katanya, "Bagaimana keadaan sesungguhnya aku tidak tahu jelas, aku tidak bisa sembarangan omong!"
Goan Tiong mendengus, sebaliknya Goan Liang lantas bertanya, "Kalau begitu, percakapanmu ini bisa disimpulkan bahwa persoalan ini menjadi tidak begitu penting menurut penilaianmu semula!"
Hun Thian-hi manggut-manggut, katanya, "Boleh dikata begitulah, tak tahu aku kenapa Cianpwe berdua kelihatannya menjadi tegang, sudah tentu aku menjadi segan untuk meneruskan persoalan ini!"
Tanya Goan Tiong lagi, "Persoalan lain aku tidak peduli, tapi bila kau mendapatkan kuda hijau itu, cara bagaimana kau hendak mengurusnya?"
Thian-hi harus hati-hati, ia tahu bahwa Goan Tiong berdua sedang menyelidik dan mengorek isi hatinya, nanti akan diketahui olehnya dimana pendirian kedua belah pihak. Ia harus berpikir lebih cermat perlukah ia menjelaskan, bila ia terus terang bukan mustahil mereka akan bersikap bermusuhan terhadap dirinya, kalau hal ini sampai terjadi bukan saja perihal kuda hijau itu tidak berhasil dikorek, Ma Gwat-sian dan gurunya pun tidak akan dapat diketemukan atau mungkin pula tidak akan diserahkan pada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badik Buntung - Chin Tung
AbenteuerAwalnya hendak meminta Badik Buntung, senjata peninggalan dari orang tuanya yang telah meninggal kepada seorang teman ayahnya membuat Hun Thian Hi menjadi musuh Rimba Persilatan. Tanpa sengaja menerima sebuah ilmu sesat dari seorang tokoh Iblis memb...