84. Perseteruan Dua Iblis Bersaudara

2.2K 53 0
                                    

Lambat laun tekanan batin Hun Thian-hi semakin kendor, dengan adanya Coh Jian-jo disitu menjadi banyak lega dan tidak perlu kuatir lagi akan segala lintangan alat-alat rahasia itu.

Berselang agak lama perjalanan itu terus dilanjutkan dengan situasi yang sama Hun Thian-hi semakin lega tapi mendadak Coh Jian-jo berseru keheranan, seakan-akan ia menemukan sesuatu keganjilan yang menarik perhatiannya. Thian-hi menjadi tegang mendengar seruannya itu, cepat ia mendekat dua langkah.

Terdengar Coh Jian-jo berkata, "Sepanjang jalan ini bukankah tadi sudah pernah kita lalui?"

"Apakah kau tidak salah lihat, Jian-hud-tong ini seperti istana sesat di belakang sana, cara bangunannya sangat mirip dan serupa!"

Dalam percakapan itu mereka beranjak terus ke depan, Hun Thian-hi menjadi was-was, sebagai seorang ahli pasti Coh Jian-jo punya alasan mengucapkan kata-katanya. Tapi Tok-sim-sin-mo tidak peduli apa yang terpikir oleh Hun Thian-hi, ia seret terus Coh Jian-jo ke depan.

Memang Coh Jian-jo punya pandangannya sendiri, ia tahu siapapun meski ia seorang ahli dalam bidangnya, tak mungkin dapat menciptakan dua barang yang sangat mirip bentuk dan rupanya. Sekarang Tok-simsin-mo berputar-putar dalam gua yang rumit dan menyeramkan ini, entah apakah tujuannya.

Sementara Tok-sim-sin-mo sendiri belum tahu bahwa akal liciknya ini sudah diraba oleh Coh Jian-jo tapi dia harus bertindak secepat mungkin sebelum Hun Thian-hi dan lain-lain tahu kemana tujuannya lantas melaksanakan tindakan selanjutnya itulah yang bakal menjadi kunci penentuan.

Tiba-tiba ia menyeret Coh Jian-jo melangkah lebih cepat mencapai sebuah serambi panjang tiba di sebuah pengkolan lalu secepat kilat menyusup ke dalam belokan itu.

Ham Gwat lebih dulu dapat meraba permainan licik Tok-sim-sin-mo ini. Orang sengaja membawa mereka putar kayun sehingga ketegangan semakin mengendor dan perhatianpun tidak terhimpun lagi, lalu dengan caranya yang kilat ia berkelebat menghilang ke dalam jalan rahasia.

Tangkas sekali tubuh Ham Gwat. Tiba-tiba melambung tinggi terus menukik turun menubruk ke arah Tok-sim-sin-mo. Betapapun Tok-sim-sin-mo merupakan seorang yang licik dan licin punya pengalaman luas, langkah permainan ini sudah dipersiapkan begitu rapi dan sulit diketahui sebelumnya, begitu cepat ia bergerak sampai Coh Jian-jo tidak sempat berteriak, tahu-tahu badannya ikut terseret masuk ke jalan rahasia itu.

Cepat sekali jalan rahasia itu sudah tertutup kembali, sedikit terlambat sedetik Ham Gwat sudah tercegat di depan pintu, pedangnya panjang membacok di atas pintu batu yang keras itu, sehingga memercikkan lelatu api.

Sesaat semua orang sama berdiri terlongong, Ham Gwat menghela napas dengan kecewa, Hun Thian-hi sendiri yang paling menyesal akan kelalaiannya, otaknya diperas dengan keras memikirkan cara meloloskan diri, tiba-tiba ia dapat firasat betapa berbahayanya mereka tetap tinggal di tempat itu, segera ia berseru, "lekas! Kita tinggalkan tempat ini dulu!"

Tapi Lam-bing-it-hiong dan kawan-kawannya tegap berdiri tak bergerak, melihat Tok-sim-sin-mo dapat lolos, terang Hun Thian-hi terjatuh pula dalam belenggu majikannya, harapan mereka untuk hidup lebih besar, asal mereka tidak mau pergi, apa yang Hun Thian-hi dapat perbuat pada mereka, bagaimana juga Hun Thian-hi masih memerlukan lindungan mereka.

Hun Thian-hi menjadi gemas dan gegetun, ia paham akan situasi yang berbahaya ini bakal digunakan Tok-sim-sin-mo untuk mengatur tipu daya yang lebih keji sekali ia menggerakkan alat-alat rahasianya, mereka pasti menjadi korbannya yang pertama.

Maka Lam-bing-it-hiong dan lain tidak boleh ketinggalan, segera ia mengancam, "Hayo jalan! Kalau tidak kubunuh kalian, kalian sudah kena racun, masa dapat hidup berapa lama lagi!"

"Justru karena tidak dapat hidup lebih lama lantas kau berani berbuat apa terhadap kami, bila kami mati kau pun bakal modar dengan tiada tempat kubur kalian!" demikian jengek Bing-tiong-mo-tho.

Badik Buntung - Chin TungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang