= PROLOG =

39.9K 1.2K 9
                                    

Dia menggigit bibir bagian dalam. Tangannya meremas kuat rok hitam yang seharian ini digunakan. Keringat dingin mengucur melewati pelipisnya. Harusnya Juni tahu, dia tidak boleh kemari. Dengan alasan apa pun.

Tapi...

"Please, Juni. Just help me.."

Ucapan laki-laki yang terkulai lemas di depannya, menjadi bentuk rasa iba dan kasihan oleh Juni.

"H-Hanya sehari ini aja ya?" Tanya Juni memastikan.

Dan anggukan kecil dari pria malang itu saja yang didapati oleh Juni. Membuang jauh-jauh pikiran buruknya, Juni pun tersenyum dan berjalan mendekati pria malang tersebut. Tangan Juni perlahan menyentuh dahi pria itu. Dia kaget saat kulit telapak tangannya bersentuhan dengan dahi cowok itu.

"K-Kamu demam! A-Aku ambilin air dingin sama handuk ya!"

Juni yang hendak berdiri, merasakan tangannya ditahan oleh genggaman hangat. Dia pun menoleh. Mata sayu laki-laki di depannya itu menatap penuh harap padanya. Seolah, meminta Juni untuk tidak pergi kemana pun.

"Ada apa?" Tanya lirih Juni.

"Jangan pergi. Tetap di sini aja, Jun." Pinta laki-laki itu.

"T-Tapi badan kamu-"

"I'm fine. Nggak usah peduliin keadaanku."

Juni pun mengangguk.

Tangannya ditarik ke arah belakang dengan tiba-tiba. Juni yang hilang keseimbangan pun limbung dan hendak jatuh. Untung saja dia jatuh di atas ranjang empuk, jadi dia tidak perlu merintih sakit apabila seandainya pantatnya duluan yang mendarat dia atas lantai.

Namun, ia kembali risau. Ada yang salah dengan keadaan ini. Juni mendongak menatap laki-laki itu yang entah sejak kapan berada di atasnya. Juni membelalakkan mata. Ia terlalu kaget bercampur takut dengan apa yang akan terjadi kepadanya beberapa waktu mendatang.

*****

Pendek bgt ya buat prolog? Ya maapkeun, nggak pandai bikin prolog sih. Ehm, gimana ngomongnya ya.. Er, lanjut atau enggak nih enaknya?

JUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang