= LIMA PULUH DELAPAN =

7.2K 378 48
                                    

—— End of Our Story ——

***


Bunyi ponsel yang nyaring membuat Mira mengalihkan fokus dari laptop yang sedang ia buka. Tertera nama Akmal dari layar ponsel.

Akmal menelepon Mira.

Namun Mira tidak segera mengangkat telepon tersebut. Ada gemuruh besar dalam hatinya saat ia memandangi ponselnya. Sejenak, ia tidak ingin mengangkat panggilan telepon tersebut.

"Halo...?" Ucap Mira pada akhirnya.

"Em... hai... Mir..." terdengar suara Akmal yang sedikit kaku dari seberang sana.

"Iya? Em.. ada apa, Mal?"

Hening sejenak.

"Kamu besok lusa ada waktu luang?" Tanya Akmal setelah ada jeda hening.

Sekarang ganti Mira yang tak kunjung menjawab. Gemuruh di dadanya masih belum reda. Justru semakin berdebar tak karuan dikala ia mendapat pertanyaan seperti itu dari Akmal di seberang sana. Apakah Akmal hendak mengajaknya keluar atau bertemu di suatu tempat?

"Aku... ada waktu cukup luang sekitar jam 7 malam." Bohong Mira yang aslinya ia sepanjang hari waktunya luang terus.

"Okay... besok malem jam 7 kita ketemuan di Mannika ya. Ada yang ingin aku omongin sama kamu." Ucap Akmal sambil menentukan lokasi tempat mereka bertemu besok.

"Iya."

Tak berselang lama, telepon dimatikan oleh Akmal. Sementara Mira masih menggenggam erat ponselnya. Ia menarik napas dan menghembuskan panjang.

Sejujurnya ia masih belum siap dengan bertemu Akmal. Ia merasa pertemuan besok akan membuatnya tak baik-baik saja.

"Nggak papa. Nggak papa. It's okay. Apapun yang terjadi.. aku besok harus tenang..."

***

Mira membuka pintu Cafe Mannika dan mengedarkan pandangannya ke dalam cafe untuk mencari sosok Akmal. Tak perlu menunggu waktu lama, sosok Akmal terlihat jelas sedang duduk memunggunginya. Terlihat laki-laki itu sedang fokus dengan laptopnya. Mira berjalan mendekat dan dapat ia lihat sekilas bahwa Akmal saat ini sedang sibuk dengan draf skripsinya.

"Hei..."

Mira mulai ambil kursi di depan Akmal. Membuat laki-laki itu mengalihkan pandangan dari laptop ke arah Mira. Segera ia menyimpan draf filenya dan menutup laptopnya.

"Hei..."

"Maaf agak telat. Nggak papa kan?" Basa basi Mira yang memang sengaja datang terlambat karena sebelum sampai di cafe, ia merasa langkahnya berat sekali untuk datang bertemu Akmal.

"Nggak papa kok." Ucap Akmal sambil membereskan laptopnya. "Mau pesan minum sama snack?" Tawar Akmal.

"Boleh."

Segera Akmal menoleh ke arah pelayan cafe dan mengulurkan tangannya untuk memanggil pelayan tersebut. Terlihat salah satu pelayan cafe datang menghampiri meja tempat Mira dan Akmal berada.

"Ice cappuccino satu ya, Mas." Ucap Mira pada pelayan cowok tersebut.

"Baik kak, apa ada tambahan lagi?"

Mira menggeleng. Ia sedang tidak ada keinginan untuk memesan makanan atau camilan. Berada di sekitar Akmal ditambah suasana hatinya yang berkecamuk, membuat Mira tak berselera untuk makan. Justru sebaliknya. Mira ingin cepat pulang meskipun ia baru saja sampai.

Selepas kepergian pelayan cafe tadi, Akmal menatap perempuan di depannya. Akmal mengamati setiap lekuk wajah Mira, sosok yang dulu menghiasi dan memenuhi ruang hatinya. Tapi, untuk saat ini sosok itu perlahan mulai tergantikan oleh sosok Juni, istrinya.

JUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang