= TIGA PULUH =

8K 394 29
                                    

– Kecupan Malam –

***

Akmal menggulung lengan kemejanya dan membenahi sekilas tatanan rambutnya. Terlihat sekali cowok itu pagi-pagi sudah sangat rapi. Ia tersenyum kecil ketika sudah merasa cukup rapi untuk keluar. Akmal pun segera meraih ransel hitam yang sudah ia siapkan di atas ranjang dan berjalan keluar. Tepat ia membuka pintu kamar, aroma masakan sudah tercium inderanya dan sukses membuat perut Akmal berbunyi.

Akmal pun menghampiri dapur dan melihat Juni sedang memunggunginya. Terlihat istrinya sedang sibuk memasak untuk menu sarapan.

"Udah matang?"

"WAAKH!!"

Juni terlonjak kaget ketika berbalik dan mendapati Akmal tepat di belakangnya ketika dia hendak menaruh sepiring nasi goreng yang baru matang ke atas meja makan. Dan hal yang paling menyebalkan, Akmal justru memandanginya saja tanpa bertanya seperti 'apakah kamu baik-baik saja' atau minimal mengucapkan 'aku mengagetkanmu ya?'.

"Minggir! Bikin kaget orang aja!" Juni kesal sendiri.

"Eh? Aku ngagetin kamu ya?!" Tanya Akmal kemudian.

Parah nih orang! Aku sampai teriak gitu dia baru tanya gitu?!

"Menurut kamu?! Aku sampai teriak tadi!" Jawab Juni ketus.

"Hehehe... Sorry deh. Soalnya lagi sibuk benerin resleting ransel." Akmal tampak bersalah.

"Bodo!"

Juni pun berjalan begitu saja melewati Akmal dan menuju kulkas untuk mengambil buah.

"Sarapan kita kali ini nasi goreng?" Tanya Akmal sambil memandangi dua piring nasi goreng yang masih mengepulkan asap di atas meja makan.

"Kan kamu bisa lihat sendiri." Sahut Juni yang masih sibuk memilih buah yang nantinya hendak ia makan setelah sarapan.

"Haaaaah..." Akmal pun hanya bisa menghela napas dan meraih sendoknya lalu memakan nasi gorengnya.

Tak lama, Juni pun ikut bergabung dengannya. Di tangan Juni, Akmal melihat ada dua buah pisang dan satu jeruk. Ia melihat gerak-gerik istrinya yang perlahan duduk dan menaruh buah-buah tadi di samping segelas susu. Orang hamil emang bawaannya makan sebanyak itu ya?

"Apa?!" Hardik Juni sadar Akmal sedari tadi menatapnya.

"Hah?" Akmal pun terkesiap.

"Kamu dari tadi ngelihatin piringku sama buah yang aku ambil. Kamu mau aku ambilin buah?!" Tanya Juni setengah hati.

"Nggak. Nggak usah. Nasi goreng sebanyak ini udah cukup banget buat sarapan." Kilah Akmal.

"Yaudah!" Dan Juni pun melanjutkan makannya.

Keadaan sejenak menjadi hening. Hanya suara dentingan sendok dan piring yang saling beradu saja yang terdengar. Namun, tanpa Akmal sadari, diam-diam Juni melirik suaminya yang duduk berhadapan dengannya. Terlihat Akmal lebih sibuk dengan ponselnya sambil menyuapkan beberapa nasi goreng ke dalam mulut. Ah, palingan juga dia lagi sibuk chatting dengan Mira.

Tiba-tiba saja Akmal langsung berdiri. Mau tak mau Juni pun menatap suaminya yang berdiri secara tiba-tiba itu. Meninggalkan acara makan nasi goreng yang tersisa kurang lebih tinggal seperempatnya.

"Aku udahan ya sarapannya. Aku harus pergi sekarang." Akmal berucap sambil meraih ransel yang ada di kursi sampingnya.

"Yaudah pergi aja." Juni justru tak begitu peduli kalau Akmal mau keluar.

JUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang