= DUA PULUH TUJUH =

7.1K 404 4
                                    

- Our Home -

***

"Nah ini kamar kamu, sebelah kamar aku. Dan ini koper dan perlengkapan kamu. Aku mau beresin barang-barangku dulu." Akmal berucap sambil berlalu dan keluar dari kamar baru Juni.

Juni pun mengamati kamar tidurnya yang baru.

Iya benar kamar tidur baru, karena Akmal dan Juni kini telah resmi menempati apartemen milik mereka berdua, hadiah pernikahan dari kedua orang tua Akmal.

Memang sih proses pindahan dari rumah ke apartemen ini juga tergolong buru-buru. Bukan keinginan orang tua Akmal untuk meminta anak dan menantunya untuk segera menempati apartemen ini, tetapi karena ini adalah permintaan Akmal sendiri. Akmal beralasan jika dia tinggal bersama dengan Mama Sofia, takut akan membebani ibu istrinya tersebut. Padahal sebenarnya, dia dan Juni tidak nyaman untuk berada dalam satu kamar ketika tinggal bersama. Akmal sebenarnya tidak mempermasalahkan jika dia tidur satu kamar atau terpisah dengan Juni. Menurutnya, masalahnya adalah pada Juni. Akmal merasa Juni terlihat sangat jelas tidak nyaman ketika ia berada didekat istrinya itu. Bisa dilihat dari hari pertama mereka menikah saja, malam harinya Juni lebih memilih untuk tidur di atas sofa dalam kamarnya daripada satu ranjang dengan Akmal.

Dan lagi, alasan dia untuk segera pindah kesini adalah untuk segera menghilangkan jejak pernikahannya dari siapa pun. Termasuk Mira. Tidak ada yang boleh tahu diantara teman-temannya bahwa sekarang dia telah menikahi Juni. Mungkin hanya Ega saja yang tahu. Dan mungkin, Akmal akan mempertimbangkan untuk berbicara pada Ega agar mau menutup mulut untuk tidak menyebarkan berita pernikahannya.

Akmal pun menuju ruang depan dan mengambil beberapa barang serta kopernya. Satu kardus berukuran lumayan besar diangkatnya dan dibawa dengan satu tangan. Sedangkan satu tangannya yang lain mengambil koper hitam berukuran besar dan menariknya. Meskipun kardus berisi perlengkapan kamarnya cukup berat, nyatanya lelaki itu juga mampu menarik koper super besar berisi penuh dengan bajunya.

Ketika dirinya berada di depan kamar Juni, Akmal berhenti sejenak untuk mengamati Juni dari luar. Terlihat dalam mata gelapnya Juni sedang mengeluarkan beberapa perlengkapan kamarnya dari sebuah kotak kardus yang juga berukuran sama dengan kardus yang Akmal pegang. Akmal melihat Juni mengeluarkan beberapa barang-barang seperti bingkai foto, jam alarm, bahkan beberapa buku miliknya. Akmal bahkan sampai takjub saat baru melihat senyum Juni pada hari itu tepat ketika istrinya itu mengeluarkan sebuah bingkai foto yang berisikan foto keluarganya.

Akmal memalingkan wajahnya dan menunduk menatap lantai apartemen. Rasanya, dia seperti sosok yang tidak pantas untuk melihat senyuman penuh rindu yang terpasang di wajah Juni. Dia kembali mengingatkan diri bahwa dirinyalah yang membuat senyuman perempuan itu bagai terenggut dan menghilang. Dirinya tidak pantas menikmati senyum di wajah perempuan itu.

Tak ingin ambil pusing, Akmal pun segera bergegas menuju kamarnya sendiri.

***

Juni memasang senyum kecil dan sorotan penuh rindu pada foto berbingkai di tangannya. Dapat dia lihat di sana ada foto dirinya ketika sedang berumur lima tahun yang diapit dengan kedua orang tuanya. Ada Mama dan Papa yang tersenyum lebar menatap kamera sedang memeluknya. Dan foto dengan senyum lebar Juni bahkan sampai memperlihatkan gigi depannya yang ompong, membuat Juni semakin melebarkan senyumnya mengingat kenangan kecilnya saat berfoto demikian.

Dia ingat dengan jelas hari itu adalah hari dimana untuk pertama kalinya ia diajak oleh Mama dan Papa pergi ke kebun binatang dan menghabiskan sepanjang hari untuk memutari kawasan berisi berbagai satwa tersebut. Lalu foto itu diambil pada sore hari tepat ketika mereka akan pulang. Dengan latar belakang hewan rusa, ketiga orang itu tersenyum riang menatap kamera.

JUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang