= DELAPAN =

9.8K 355 6
                                    

Part ini penuh flashback..

***

Gemerlap malam suasana kota terlihat begitu jelas. Belum lagi dengan padatnya aktivitas malam para penghuni kota terpadat kedua setelah ibu kota. Banyak muda-mudi yang berseliweran di malam hari, entah itu ke mall, kongkow dengan kekawanan di warkop, mencari hiburan untuk anak di taman, pokoknya ada saja yang menjadikan suasana kota di malam hari terlihat hidup.

Begitu pula dengan salah satu kondisi tongkrongan muda-mudi satu ini. Cafe bernuansa browny dipadu dengan ukiran-ukiran artsy gaya kekinian terlihat padat dengan pengunjung. Dan 90% dari pengunjung tersebut adalah kawula muda.

"Ntar lu ikutan, Mal?" Tanya cowok di samping Akmal, kental dengan aksen Jakartanya.

Akmal yang menyeruput kopi hitamnya menoleh. Kepulan asap rokok menjadikan pandangan Akmal tertutup saat hendak menjawab pertanyaan Joshua.

"Enggak, Jo. Tobat gue. Lo hepi-hepi aja berdua sama Tommy." Akmal mendengus.

"Yaelah. Pake tobat segala, biasanya gue ajak ke sana lu mau aje. Kenapa? Kagak dibolehin sama cewek lu?" Joshua tertawa keras disusul Tommy.

"Kagak gitu, Nyet. Gue emang udah lama pengen berhenti. Lu berdua kek gitu juga. Habisin malem di club mulu." Cibir Akmal.

"Lha abis enak tuh, Mal. Apalagi tiap kesana dapet yang seger-seger bohay." Tommy cengengesan.

"Apalagi si Karen juga sering ke sana tuh. Ajigileee~ tiap goyang, bikin gue pengen nyeret dia ke kamar deh." Joshua berucap sambil membayangkan cewek bernama Karen.

"Piktor mulu lo!" Akmal menekan wajah Joshua hingga cowok itu menoleh ke samping.

"Hahaha.. Kayak kamu nggak aja, Mal." Tommy menyesap rokoknya kembali.

"Tapi serius nih, lo yakin nggak ikutan? Gue bayarin gelas lo deh!" Bujuk Joshua.

"Gue ada janji mau jemput abang gue, Jo. Next time, okey?"

"Emang jam berapa?"

"Masih nanti sih, jam sebelasan. Mas David landingnya jam setengah 12."

"Elah, masih lama juga. Udah ikutan kita dulu aja. Nanti jam sebelas deh lo balik terus nyusul kakak lo."

Akmal menimbang ajakan Joshua. Memang sih sekarang juga masih jam 9 malam, masih lama untuk menuju angka sebelas. Dan jaminan pasti dia bakal gabut kalo nungguin waktu 1,5 jam. Kenapa 1,5 jam? Soalnya tiga puluh menit lainnya untuk perjalanan. Belum lagi jika dia harus menunggu di bandara selama tiga puluh menit.

Toh ini yang terakhir, pikirnya.

"Oke deh gue ikut. Tapi cuma nemenin lo minum ya, lo boleh panggil cewek, tapi gue nggak usah." Ucap Akmal.

"Beres!"

Ketiga cowok itu akhirnya beranjak dari duduk mereka dan keluar cafe. Ketiganya berjalan menuju mobil Brio hitam yang terparkir diujung parkiran cafe.

Joshua dan Tommy saling bercanda dalam jalannya untuk sejenak, sementara Akmal entah kenapa rasanya dia merasa tak bersemangat untuk ikut bercanda dengan dua sahabatnya itu.

***

Bising. Dengungan. Lampu berkilauan yang menyiksa mata karena pancaran terang, menjadi ciri khas suasana sebuah bar ternama di wilayah Surabaya. Alunan musik bernada beat dengan tempo cepat dipacu volume yang keras, menjadikan lautan manusia dalam bar yang cukup luas itu semakin bergerak liar. Cowok dan cewek semuanya saling bergoyang dan berdansa. Joget tak kenal lelah seakan menjadi kegiatan rutin mereka dalam bar tersebut.

JUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang