— Disaster Has Begun —
***
Juni membuka pintu ruangan Dokter Anita dan berjalan keluar dengan wajah penuh senyum. Ia tidak berhenti menatap amplop coklat yang sedang dipegangnya. Ia begitu senang saat mengetahui bahwa Adek adalah laki-laki. Sekilas Juni membayangkan anaknya pasti akan tampan dan tinggi menyerupai ayahnya. Loh? Kok jadi mirip Akmal?
Juni menggeleng. "Nggak! Nggak! Adek pasti jauuuuh lebih ganteng dan tinggi dari Akmal. Dan Adek tentunya jauuuuuuuh lebih baik dari dia. Ya kan, Nak?" Juni mengusap pelan perutnya sambil tersenyum.
Saat akan melangkahkan kakinya, Juni melihat sosok Ega datang dari arah sebelah kanan. Cowok berkacamata itu berjalan dengan langkah gopoh. Wajah khawatirnya terlihat dengan jelas.
"Gimana? Gimana? Kamu sehat-sehat aja kan? Adek juga?!" Tanya Ega.
Juni terkekeh kecil. Ega sekilas mirip sekali dengan calon ayah yang baru tahu keadaan istrinya yang baru hamil seperti di film-film. Yaaa.... Mirip seperti Akmal dulu ketika Juni masuk rumah sakit.
"Nggak papa kok. Aku sehat. Adek juga sehat. Ini kan cuma cek kesehatan rutin aja. Selebihnya paling cuma dikasih resep vitamin sama suplemen aja kok."
"Haaaah...." Ega menghembuskan napas panjang. "Syukurlah. Aku daritadi khawatir banget kalo kamu kenapa-kenapa."
"Hah? Emang khawatir kenapa?"
"Ya kan kamu tadi kuberitahu kalo ada Mira di apartemenmu. Siapa tahu kamu jadi panik dan terjadi sesuatu sama Adek." Jelas Ega.
Juni tertawa. "Ini nih akibat sering nonton sinetron. Kurang-kurangin deh nonton sinetronnya. Mending ganti nonton drama korea aja. Ceritanya lebih seru dan banyak realitisnya. Hihihihi!"
"Malah ketawa. Aku serius tau!" Ega mendengus ketika tahu reaksi Juni di luar ekspektasinya.
"Iya, iyaaa... Maaf deh. Alhamdulillah ternyata aku nggak papa kan."
"Dasar, Shorty!" Ega merangkul Juni sambil mengacak puncak kepala wanita berbadan dua tersebut.
"Iiih!!! Jangan main acak rambutku. Susah ngerapiinnya nanti." Kesal Juni.
"Biarin. Hahahaha!"
Kedua sahabat tersebut pada akhirnya saling bergurau sambil menyusuri lorong rumah sakit dan berencana untuk kembali pulang. Dalam hati keduanya, semoga Akmal dan Mira telah meninggalkan apartemen, sehingga Juni dapat beristirahat di kamarnya.
***
"Dibales sama Akmal nggak, Jun?" Tanya Ega yang berdiri di samping Juni. Mereka berdua saat ini sedang meneduh di salah satu ruko seberang jalan depan apartemen tempat tinggal Juni.
Juni menggeleng. "Nggak. Aku chat daritadi juga nggak dibaca. Kira-kira mereka udah keluar dari apartemen belum ya?" Juni ganti menatap Ega.
"Kita tadi keluar pukul 10. Sekarang udah jam 1 siang. Kayaknya udah keluar deh. Coba Line atau SMS Akmal lagi deh." Ucap Ega.
"Udah aku chat berkali-kali, Ga. Tapi nggak dibales."
"Apa si Kumal lagi fokus menyetir ya?" Gumam Ega.
"Menurutmu Akmal sama Mira udah keluar?" Juni menatap Ega dengan penuh harap. Dalam hati ia berdoa bahwa mereka memang benar-benar sudah keluar dari gedung apartemen.
"Kalo dilihat dari rentang waktu selama kita keluar sih, mestinya mereka udah keluar daritadi." Ega mengusap-usap dagunya sambil menerka.
"Coba kamu telepon Mira deh buat mastiin." Pinta Juni.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNI
Romance[WARNING] [Harap bijak membaca cerita ini. Terima kasih.] Juni adalah seorang perempuan biasa yang tidak jauh berbeda dengan perempuan umur 20an lainnya. Semua yang diimpikan oleh Juni perlahan terwujud satu persatu. Dan sekarang impian lainnya seda...