—— Our Happiness ——
***Akmal membuka pintu apartemen dengan sedikit kesusahan. Selain membeli vitamin tambahan untuk Juni, saat melewati sebuah baby shop, Akmal justru berhenti dan memborong beberapa baju dan peralatan-peralatan yang dibutuhkan bayi setelah lahir. Hampir semua barang-barang itu berwarna biru atau abu-abu. Akmal memang sudah tahu bahwa kemungkinan anaknya nanti adalah laki-laki, jadi ia memborong semua barang-barang yang tampak cocok untuk disukai anak laki-laki.
"Sayang.. aku pulang nih." Seru Akmal.
Juni muncul dari dalam dan terlihat kaget melihat Akmal yang menenteng banyak barang. Wanita itu mengernyit bingung.
"Kamu bawa apa aja itu?" Tanya Juni sambil mendekat.
"Beli vitamin yang dibilang Mama terus tadi nggak sengaja lewat babyshop dan beli ini itu." Tunjuk Akmal pada beberapa barang yang dia bawa. Terlihat ada baju, sepatu dan aksesoris bayi lainnya.
"Banyak amat!" Juni mengernyitkan dahi. "Kan aku lahiran juga masih lama, Yang."
"Gapapa... kan buat persiapan Adek lahir nanti."
Juni tersenyum.
"Iya deh iya.. tapi kamu bawain ke kamar Adek ya. Aku gerak dikit sekarang udah capek banget.." Ucap Juni manja.
"Siap, Bu. Ibu Negara nggak perlu ikut-ikutan angkat-angkat. Cukup serahkan semuanya ke saya aja." Ucap Akmal sambil hormat.
"Hihihi.. Apaan sih, Yang. Buruan gih. Nutupin jalan nih. Aku mau lanjut liat drakor."
***
Akmal dan Juni saat ini sedang duduk di sofa ruang tengah sambil bersandar. Juni memeluk Akmal sambil melihat tayangan Running Man kesukaannya. Drakor yang tadi ia lihat sudah selesai dan ganti acara variety show. Keduanya cukup larut melihat kelucuan anggota Running Man, apalagi Juni, sampai terkikik geli. Akmal yang sedari tadi mengusap-usap rambut Juni, lantas menoleh dan menatap wajah ceria istrinya.
"Tadi aku ketemuan sama Mira." Ucap Akmal tiba-tiba.
Juni menoleh dan menatap suaminya.
"Terus gimana?"
Akmal mengangguk. "It's good. We're really done. Udah selesai semuanya antara aku dan Mira. Kita juga udah berpisah baik-baik." Jelas Akmal.
"Dia nangis nggak pas waktu kamu ajak ketemu?" Ada raut khawatir di wajah Juni.
"Kayaknya sih... dia nahan tangis. Tapi nggak kok. Dia nggak nangis tadi. Cuma yaa kelihatan aja gitu."
"Kira-kira dia bakalan baik-baik aja nggak, Yang?" Tanya Juni pada Akmal.
"Well... Mungkin saat ini dia nggak baik-baik saja. Tapi, esok dan esoknya lagi dan ke depannya, aku yakin dia bakalan baik-baik saja." Akmal mengelus-elus pipi kiri Juni. "Udah... Kamu nggak perlu khawatir, ya Sayang. Aku yakin kok, Mira bakalan baik-baik aja."
Juni mengulas senyum kecil di balik rasa khawatirnya.
"Iya semoga aja."
Perlahan, Akmal sedikit memajukan wajahnya ke arah Juni. Lambat laun, ujung hidungnya bisa merasakan hembusan napas Juni yang sedikit tertahan. Dengan pelan dan lembut, perlahan bibir Akmal menyentuh bibir Juni. Sentuhan bibir itu, berubah menjadi lumatan kecil yang membuat keduanya candu. Sesekali terdengar kecapan keluar dari lumatan itu. Tak berselang lama, keduanya melepas pagut hangat nan candu tersebut.
"Bibir kamu bener-bener bikin candu ya, Jun." Bisik Akmal sembari menempelkan dahinya pada dahi Juni.
"Secandu itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNI
Romance[WARNING] [Harap bijak membaca cerita ini. Terima kasih.] Juni adalah seorang perempuan biasa yang tidak jauh berbeda dengan perempuan umur 20an lainnya. Semua yang diimpikan oleh Juni perlahan terwujud satu persatu. Dan sekarang impian lainnya seda...