= SATU =

30.2K 1K 2
                                    

Deg deg deg!

Juni merasakan jantungnya berdebar kencang. Tidak peduli dengan desakan-desakan yang ada di kiri kanannya, yang jelas Juni harus melihat sendiri dengan mata kepalanya. Benarkah ucapan-ucapan dari teman sekelasnya itu benar.

Ketika kerumunan di samping dan depannya mulai berkurang, Juni pun memilih untuk mendekat ke papan pengumuman agar dapat membaca informasi secara jelas. Ada banyak nama yang tertulis di sebuah kolom. Dia mencari namanya sendiri.

Almanda Juniara.

Ketemu! Namaku ada!

Juni membekap mulutnya sendiri. Tidak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan. Ingin dia berteriak dan mengatakan pada orang-orang yang berlalu lalang kalau namanya tertera di jejeran nama-nama dalam tabel tadi. Tapi, nggak jadi Juni lakukan. Bisa tengsin dia kalo kegirangan nggak jelas sama orang asing, walaupun satu fakultas sih.

"Dibilangin juga apa, nggak percaya sih sama kita. Nama kamu tercantum di sana." Ujar sebuah suara dari arah belakang.

Juni langsung menoleh. Dilihatnya ada dua orang yang ia kenal sedang berdiri dan tersenyum kecil padanya. Juni melebarkan senyumnya. Dia pun berjalan mendekati seorang perempuan dan laki-laki tersebut.

"Miraaa!!!" Juni langsung memeluk sahabatnya, "namaku ada di sana Mir! Sumpah seneng banget! Makasih buat infonya yaa!!"

"A-Aduduuuh... Iya iya aku tau, tapi jangan meluk erat-erat dong. Sesak nih!" Protes Mira.

"Oh gitu, nggak berterima kasih juga sama aku?" Lelaki yang diabaikan keberadaannya ini mulai angkat bicara.

"Eh, Ega. Hehehe..." Juni melepas pelukannya dengan Mira dan terkekeh campur malu.

"Malah ketawa.." Cibir Ega.

"Iih, sorry, sorry, gitu aja ngambek. Makasih juga ya Ega-ku yang udah ngasih tau dari lusa kemarin tapi sampe lima menit lalu nggak aku percaya. Sekarang aku percaya sama ucapanmu kok, Ga." Juni mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan tangannya terangkat membentuk tanda peace.

"Lagian kamu sih Jun, udah jelas kita berdua mana pernah bohongin kamu. Aku sama Ega malah kamu tuduh lagi bikin tipuan Desember moop. Yang bener aja!" Mira mendekap kedua tangannya di depan dada.

"Ya elah. Ya maafin lah. Kan soalnya buat dapet beasiswa ini kan seleksinya ketat. Cuma 20 orang aja yang beruntung dari seluruh mahasiswa fakultas ini buat dapetin beasiswa ini." Cicit Juni sambil memainkan tali tas punggungnya.

"Yaudah kita maafin. Asal kamu traktir kita makan sotonya Pak Sobar abis kelas filsafat. Gimana? Deal?" Mira menaik-turunkan alisnya. Tanda dia sedang membuat negoisasi.

"Em, itu-"

"Boleh juga tuh! Lumayan deh hemat uang makan buat nanti siang!" Ega berseru senang.

"Er, t-tapi ini akhir bulan lho guys. K-kalian tau sendiri kan kantong mahasiswa k-kalo di akhir bu-"

"Oke deal! Siang nanti kita bakal ditraktir sama Juni!" Aksi jabat tangan Mira dan Ega serta ucapan lantang mereka, mematahkan pembelaan diri dari Juni untuk menyelamatkan uang jajannya yang berwarna biru satu-satunya di dalam dompet.

Melihat kedua sahabatnya udah melangkah duluan ke arah kelas, mau nggak mau Juni pun mengikuti mereka dari belakang. Sedikit mendengus kecil melihat wajah bahagia Mira dan Ega yang antusias bahwa mereka akan mendapatkan traktiran.

Dasar mahasiswa...

***

Juni mengamati tempat dimana dia sekarang. Matanya sibuk mencari kedua sahabatnya yang lebih dahulu pergi ke kantin tepat ketika kelas usai, sementara Juni harus menuju ke kantor kemahasiswaan untuk mengurus beberapa hal penting seputar beasiswanya. Gadis berambut sebahu lurus itu tampak kesusahan untuk menemukan Mira dan Ega di tengah keramaian kantin.

JUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang