– COLLAPSE PART 1 –
***
Akmal mengemasi semua alat-alat tulisnya dan segera beranjak keluar kelas. Dia mengamati jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Waktu menunjukkan pukul 09.30. Ia mendesah kecil. Semoga ia masih tepat waktu dan tidak membuat kliennya menunggu.
"Akmal!" Panggil Mira dari arah belakang.
Mendengar suaranya dipanggil oleh orang terkasih, Akmal pun menoleh dan melihat gadisnya berjalan menghampiri. Ia tersenyum lembut pada wanita yang memenuhi hatinya tersebut.
"Kamu mau kemana kok cepat-cepat keluar kelas?" Tanya Mira.
"Aku ada janji sama klien, Sayang."
"Klien? Kamu buka bisnis?" Mira mengerutkan alisnya.
"Iya. Bisnis fotografi." Kekeh Akmal.
"Kamu jadi tukang foto gitu?"
"Yup, you can say that."
Keduanya pun berjalan berdampingan dan menuruni anak tangga gedung FISIP.
"Emang klien kamu mau foto apaan? Kok buru-buru banget."
"Pre-wedding."
"Waaah!! Aku boleh ikutan?!" Tanya Mira antusias.
"Iya dong, boleh aja. Asal kamu nggak ilang aja selama aku kerja." Akmal berucap sambil mencolek ujung hidung Mira.
"Ih, ya enggaklah! Aku nanti bakalan jadi asisten kamu deh!" Ujar cewek itu dengan riang.
"Emang bisa jadi asisten fotografer?" Akmal menatap remeh gadisnya dalam gurauan.
"Ya bisa dong! Apa sih yang nggak bisa aku lakukan!" Ucap Mira dengan pedenya.
Akmal mendengus kecil dan mengacak puncak kepala Mira dengan gemas. Mendapat perlakuan seperti itu, Mira hanya mengerucutkan bibirnya. Akmal semakin tertawa keras dan lepas saat Mira terlihat cemberut seperti itu.
"Iya, iya, aku percaya deh kamu bisa menjadi asistenku."
***
Juni menatap layar tivi tanpa berkedip. Berbagai adegan dalam film Pride and Prejudice membuatnya seakan tidak ingin mengalihkan pandangan dari layar sebesar 40 inci tersebut. Juni terlalu fokus pada adegan dimana Elizabeth yang sedang berlari setelah adegan ciuman dengan Mr. Darcy terjadi di bawah guyuran hujan. Juni yang terlalu terbawa suasana sampai sesegukan menangis saat adegan menunjukkan bahwa Elizabeth yang masih belum yakin dengan perasaannya sendiri untuk Mr. Darcy dan permasalahan seputar kepantasannya untuk diajak laki-laki tampan itu dalam sebuah pernikahan. Juni sampai kesal sendiri pada Elizabeth karena menurutnya Mr. Darcy memang benar-benar tulus mencintainya.
"Hiks... Ih! Apaan sih Elizabeth ini! Kenapa harus lari dari Darcy dan pulang!" Kesal Juni.
Ting Tong!
Karena terlalu asyik dengan film yang ia tonton, Juni sampai tidak sadar bahwa terdengar bunyi bel. Baru saat dentingan bel kelima kali, ia menyadari bahwa ada tamu yang bertandang ke apartemennya. Wanita itu lantas memencet tombol pause pada remote tivi agar adegan serunya terhenti. Juni juga segera menghapus sisa-sisa jejak air mata yang ada di kedua pipinya. Tak lupa ia juga mengelap ingus yang keluar dari hidung dengan tisu. Sementara bel masih berbunyi terus menerus.
"Iya! Iya! Sabar!" Teriak Juni dari dalam sambil berdiri dan berjalan menuju pintu.
KLEK!
Saat Juni membuka pintu, ia dikagetkan dengan sebuah boneka Teddy Bear yang hampir mengenai mukanya. Juni mendengus kecil saat si pelaku menampakkan dirinya di balik boneka tadi. Ada sosok Ega yang menyengir lebar saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNI
Romance[WARNING] [Harap bijak membaca cerita ini. Terima kasih.] Juni adalah seorang perempuan biasa yang tidak jauh berbeda dengan perempuan umur 20an lainnya. Semua yang diimpikan oleh Juni perlahan terwujud satu persatu. Dan sekarang impian lainnya seda...