—— Obrolan Ranjang ——
***
Juni mengerjapkan mata berkali-kali. Hari sudah malam dan waktu menunjukkan pukul sepuluh lebih. Sayangnya, mata Juni masih enggan untuk menutup dan bersiap menuju alam mimpi. Bukan salahnya juga sih dia jadi nggak bisa tidur seperti sekarang. Bisa dibilang, sebagian besar penyebab ia nggak bisa tidur adalah karena sosok yang berada di sampingnya.
Juni menoleh ke arah kanannya dan melihat Akmal yang memejamkan mata. Penyebab Juni tidak bisa tidur adalah Akmal? Bagi Juni sih iya. Karena cowok itu yang meminta untuk tidur dalam satu kamar yang sama, serta satu ranjang pula, membuat Juni kepikiran berbagai macam hal dan akhirnya nggak bisa tidur.
"Ngapain sih, Jun? Buruan tidur gih." Ucap Akmal lirih dengan mata yang terpejam.
Juni membelalakkan mata. "Kamu masih belum tidur?" Bisik Juni.
"Kalau aku tahu kamu ngelihatin aku terus, ya berarti aku belum tidur." Balas Akmal dengan berbisik pula.
Ketahuan bahwa dia sedari tadi menatap Akmal, membuat wajah Juni memerah. Juni segera mengalihkan pandangan ke arah langit-langit kamar. Juni merutuki dirinya dalam hati karena ketahuan mengamati diam-diam Akmal. Malu banget rasanya, pikir Juni.
"Nggak bisa tidur?" Tanya Akmal.
Juni menoleh kembali ke arah Akmal. Kali ini ia mendapati mata Akmal tengah menatapnya dengan teduh. Ada pandangan kantuk sekaligus lelah dalam mata gelap itu.
"Em, i-iya." Jawab Juni gugup.
"Mau kupeluk biar bisa tidur?" Tawar Akmal sembari terkekeh kecil.
Juni membelalakkan mata. Ia langsung bangkit dari posisi tidurannya dan duduk di atas ranjang. Mukanya jangan ditanya lagi. Sudah merah melebihi merahnya tomat masak atau kepiting rebus.
"Hehehe... Muka kamu lucu amat sih, Jun." Kekeh Akmal sembari ikut bangun dari posisi tidurnya.
"K-kamu ngomong yang aneh-aneh sih!" Juni berusaha mengatur agar suaranya tidak terdengar gugup.
"Loh aneh gimana? Kan aku cuma nawarin pelukan aja." Akmal memagut dagu. "Biasanya kan di film-film atau serial televisi gitu kalo nggak bisa tidur terus dipeluk. Biar nyaman gitu kan. Biar rileks terus bisa tidur." Tutur Akmal sambil mengingat beberapa film romantis yang pernah ia lihat perihal pelukan di atas ranjang.
"Ya itu kan kalo di film!" Seru Juni. Seriusan dia masih deg-degan bercampur malu saat ini.
"Hmm... iya juga ya."
Juni melirik ke arah Akmal. Sebenarnya selain dia nggak bisa tidur karena berada di atas ranjang yang sama dengan Akmal, ia memiliki rasa penasaran lain. Perlahan, ia mulai angkat bicara dan menatap Akmal. Membuat suaminya itu menaikkan sebelah alis ketika melihat raut wajah Juni yang menyiratkan hendak banyak mengajukan pertanyaan.
"Em... Sebenarnya... aku kepikiran sesuatu..." Ucap Juni.
"Kepikiran apa? Masalah Mira?" Tanya Akmal.
Juni menggeleng. "Bukan."
"Terus?"
Juni memainkan jari-jarinya. Ia menunduk. "Aku masih penasaran sama kamu."
"Aku?"
Juni mengangguk. "Aku tuh heran kenapa kamu bisa tahu kalau aku tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Kan, aku nggak ngasih tahu kamu kemana aku pergi."
Akmal mengangguk paham. "Ooh... Soal itu ya."
Juni mengangguk. Ia menatap Akmal lagi. "Jadi... gimana kamu bisa tahu keberadaanku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNI
Romance[WARNING] [Harap bijak membaca cerita ini. Terima kasih.] Juni adalah seorang perempuan biasa yang tidak jauh berbeda dengan perempuan umur 20an lainnya. Semua yang diimpikan oleh Juni perlahan terwujud satu persatu. Dan sekarang impian lainnya seda...