– COLLAPSE PART 2 –
***
Akmal memasuki rumah sakit dengan langkah tergesa. Setelah sampai lobi rumah sakit, laki-laki itu segera menghampiri resepsionis dan menanyakan dimana kamar pasien dengan nama Almanda Juniara. Setelah mengetahui bahwa Juni sedang dirawat di lantai tiga dan berada di kamar 315, Akmal segera berjalan menuju lift. Bahkan sembari menunggu lift terbuka, pikiran Akmal sudah kalut bukan main karena memikirkan kondisi Juni saat ini.
Mendadak ia merasa bersalah karena membiarkan Juni sampai masuk rumah sakit. Ia jadi menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menjadi suami yang baik sehingga dia tidak tahu kondisi Juni selama ini bagaimana. Ia merasa tidak berguna jika sampai Juni pada akhirnya masuk rumah sakit seperti sekarang.
Akmal mendesah lega karena akhirnya lift yang ia naiki telah sampai di lantai tiga. Lalu kini dia hanya perlu mencari kamar rawat inap Juni. Hampir tiga menit Akmal menyusuri lantai tiga dan akhirnya menemukan kamar bertuliskan 315. Bahkan di luar pintu terpampang nama pasien atas nama Almanda Juniara. Akmal menenangan diri sejenak sebelum memasuki kamar rawat istrinya.
GREK!
Akmal melihat Juni sedang ditemani oleh Ega. Istrinya sedang terbaring lemah dan tedapat selang infus di pergelangan tangannya. Astaga!
"Ga, Juni kenapa?!" Tanya Akmal saat melangkah lebih mendekat ke ranjang Juni.
"Kata dokter sih Juni mengalami stress ringan. Dia juga sepertinya kurang asupan vitamin dan sedikit anemia." Jelas Ega.
"Astaga!" Akmal segera meraih jemari Juni yang bebas dan menggenggamnya.
"Untung tadi aku datang berkunjung. Coba kalau aku nggak datang." Ega menghela napas.
"Tapi, bukannya ketika aku berangkat kuliah, Juni nggak apa-apa."
"Tadi waktu aku berkunjung sih, Juni baik-baik saja. Lalu tiba-tiba saja ketika dia beranjak dari sofa dan mau mengambil album pernikahan kalian, dia collapse. Aku panik dan langsung menelepon ambulans serta membawanya kesini." Jelas Ega.
"Untung ada kamu saat itu, Ga. Makasih ya." Akmal sedikit tersenyum kecil pada Ega.
"Yah, sama-sama." Ega pun beranjak dari duduknya. "Karena kamu udah di sini, aku balik duluan ya."
"Iya, Ga."
***
Juni perlahan membuka matanya dan mengedarkan seluruh pandangannya ke sekitar. Telihat diluar sana sudah gelap. Juni berganti mengamati langit-langit ruangan yang ia lihat sangat berbeda dengan langit-langit kamarnya. Pancaran lampu yang lebih terang, membuat Juni sedikit menyipitkan matanya karena silau. Juni menebak ia pasti tidak sedang berada di apartemen. Lalu dimanakah dia saat ini?
"Hei, kamu udah bangun?"
Terlihat Akmal sedang duduk di sebelah ranjangnya sambil menggenggam tangan Juni. Suaminya itu sepertinya baru bangun tidur, karena mata Akmal terlihat lelah dan suaranya serak.
"Aku dimana?" Tanya Juni.
"Kamu di rumah sakit. Tadi siang kata Ega kamu pingsan." Balas Akmal.
"Hah? Kok bisa?" Suara Juni terdengar lemah.
"Dokter bilang kamu sedikit mengalami stres dan kekurangan vitamin. Selain itu, kamu juga sedikit mengalami anemia." Genggaman Akmal pada tangan Juni semakin erat.
"Ya ampun." Desah Juni lemah.
"Ssh, udah sekarang kamu istirahat dulu ya." Pinta Akmal sambil membelai puncak kepala Juni.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNI
Romance[WARNING] [Harap bijak membaca cerita ini. Terima kasih.] Juni adalah seorang perempuan biasa yang tidak jauh berbeda dengan perempuan umur 20an lainnya. Semua yang diimpikan oleh Juni perlahan terwujud satu persatu. Dan sekarang impian lainnya seda...