= SEMBILAN BELAS =

8.6K 479 9
                                    

Juni menutup pintu kantor jurusannya dengan pelan. Karena berulangkali absen, Juni sampai lupa bahwa sebenarnya jadwal sidang proposal skripsinya sudah diatur oleh dosen pembimbingnya tepat sebelum ujian akhir semester. Tetapi karena sering tidak masuk, akhirnya Juni harus rela mendapat antrian sidang paling akhir di antara teman-temannya. Alhasil minggu depan awal semester baru ini dia baru bisa mengikuti sidang. Dia jadi teringat dengan ucapan dosen pembimbingnya tadi bahwa Juni mendadak berubah tidak seperti anak yang biasanya. Dosen bernama Bu Fatma itu menilai Juni terkesan seperti ogah-ogahan untuk kuliah. Dan senyuman kecil berisi rasa sungkan hanya menghiasi bibir Juni sebagai respon atas ucapan dosennya tersebut.

Ya bagaimana Juni tidak ogah-ogahan untuk kuliah jika di kampus saja dia bertemu dengan seseorang yang membuat moodnya langsung berubah dari biasa menjadi kesal bercampur marah. Dan ketika awal periksa kandungan dulu, dokter juga berpesan ke Juni untuk menghindari stres apalagi sampai emosi dan membuat darah tingginya naik. Hal ini dikarenakan akan membahayakan perkembangan janin diusia kandungan muda tersebut. Jadi, Juni lebih memilih untuk mengalah dengan merelakan tidak ikut kuliah di kelas yang sama dengan Akmal kecuali saat ujian saja. Pilihan yang lebih baik bukan?

Saat ini Juni berjalan menyusuri lorong fakultas untuk bersiap menuju perpustakaan. Rencananya dia akan mengisi waktu kosong sebelum masuk ke kelas selanjutnya. Sekalian dia berharap bisa beristirahat sejenak karena Mama telah berpesan padanya untuk tidak terlalu banyak beraktivitas ketika hamil muda seperti sekarang. Tak lama, dia telah sampai di lobi fakultas.

"Ikut aku!"

Tepat ketika Juni sampai di pintu masuk yang sekaligus sebagai pintu keluar fakultas, ada seseorang yang menarik tangan Juni. Memaksa Juni untuk mengikuti langkah orang tersebut. Juni langsung mendongak untuk menatap laki-laki yang menarik pergelangan tangannya. Matanya membulat kaget saat tahu bahwa laki-laki itu adalah Akmal. Dan sekarang Akmal sepertinya akan membawa Juni menuju tempat parkir mobil.

"Akmal! Lepasin!" Ronta Juni.

Akmal berhenti sejenak dan berbalik, membuat Juni pun ikutan menghentikan langkahnya.

"Just quite and follow me, Juni." Tatap Akmal.

"Nggak mau! Aku nggak mau ngikutin kamu!" Juni mencoba untuk melepaskan diri dari cengkraman Akmal.

Akmal menarik napas dan menghembuskannya dengan keras.

"Dengerin aku!" Tangan Akmal berpindah dengan mencengkeram kedua bahu Juni. "Kamu diem aja dan ikut aku. Mengerti?!"

"Kita mau kemana?!" Juni mengangkat dagunya dan menajamkan pandangannya.

"Sst! Nanti juga kamu tahu sendiri. Sekarang, kamu hanya perlu ikut denganku!"

Belum sempat Juni untuk protes, lagi-lagi Akmal sudah menarik tangannya lagi dan menggenggam pergelangan tangan Juni. Beberapa mahasiswa yang melihat keduanya bahkan sampai terheran. Untung saja siang itu area fakultas tidak seramai biasanya sehingga aksi Akmal menarik Juni tersebut tidak menjadi banyak pusat perhatian.

***

Ega mematikan mesin motornya dan melepas helm. Perlahan dia mulai melihat pantulan wajahnya lewat kaca spion motornya. Hal pertama ketika Ega berkaca adalah dia selalu melihat rambutnya. Potongan rambut gaya modern quiff tapi nanggung khas miliknya kini sedang ia rapikan, terutama pada bagian jambulnya. Ya namanya juga mahasiswa kan, masih muda juga, tentunya ingin terlihat keren apalagi jika nanti berpapasan dengan Aleeya, sang gebetan. Pastinya Ega ingin agar keberadaannya tersebut dapat diketahui oleh Aleeya.

Selesai dengan menata jambul Mahameru, julukan Juni dan Mira setiap kali melihat jambul Ega, cowok itu pun beralih membenahi penampilannya. Rencananya Ega hari ini akan bimbingan dengan dosen pembimbingnya. Memberikan kesan rapi dan keren tentu menjadi poin plus bagi Ega apalagi dia juga mendapatkan dosen pembimbing perempuan yang masih muda dan tampak selalu suka dengan mahasiswa keren, Bu Saskia.

JUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang