= DUA PULUH LIMA =

8.1K 411 32
                                    

— Wedding Proposal —
- part 2 -

***

Juni membawa segelas teh hangat dan menaruhnya pelan di atas meja samping Akmal. Malam ini seusai acara lamaran tadi, Akmal dan Juni diberikan waktu berdua saja oleh para orang tua mereka untuk mengobrol di teras rumah. Sedangkan para orang tua terdengar sedang berbincang-bincang kecil, termasuk mengobrol tentang rencana pernikahan mereka.

Malam yang sunyi dan sedikit berhembus angin malam, membuat Juni merapatkan tubuhnya agar tidak kedinginan. Akmal melihat gerakan Juni itu.

"Kamu kedinginan?" Tanya Akmal.

Juni menoleh sekilas dan hanya mengangguk kecil.

"Muka kamu..." Juni semakin memeluk tubuhnya sendiri, "kenapa?" Tanyanya kemudian.

Akmal mendengus kecil. "Oh ini, cuma ditonjok Ega sama Papa."

Juni yang mendengar nama Ega terucap dari bibir Akmal langsung menoleh, kaget. "Ega?!"

"Iya. Malam itu, hari saat aku ajak kamu ke klinik, Ega mendatangi apartemenku. Dia memukulku tanpa ampun. Dia mengikuti kita hari itu." Jelas Akmal.

"J-Jadi, Ega udah tahu k-kalo kamu, k-kamu–"

"He'em, Ega Narendra, sahabat kamu itu udah tahu kalo aku ayah dari anak yang kamu kandung."

Juni menutup mulutnya sendiri karena terlalu kaget. Bagaimana bisa dia tidak mengetahui bahwa Ega telah tahu semua rahasia yang dia simpan. Dan kini, usahanya untuk menutupi siapa Akmal sebenarnya di depan Ega sudah hilang. Ega pasti merasa sangat kecewa padanya. Sahabatnya itu pasti berpikir bahwa dirinya adalah wanita terburuk yang bahkan mau ditiduri oleh pacar Mira. Juni merasakan dadanya sesak. Dia berusaha untuk kuat. Yang tersisa kini hanyalah Mira. Dan sahabat terdekatnya itu tidak boleh sampai tahu semua kebenaran ini.

"Aku mau mengakui satu hal sama kamu." Ucap Akmal sembari menatap lurus ke depan.

"Apa?" Jawab Juni dingin setelah mampu menenangkan dirinya.

"Aku melakukan semua ini semata-mata karena aku emang harus bertanggung jawab atas anak itu. Tetapi, maaf saja. Untuk urusan hati dan perasaan, aku nggak bisa memberikannya buat kamu."

Terdiam.

Juni hanya bisa terdiam setelah mendengar pengakuan dari Akmal tersebut. Entah kenapa ketika dia mendengarkan pengakuan Akmal tersebut, sesuatu dalam hati Juni bagaikan teriris. Mendadak hatinya cukup sesak. Seharusnya dia sudah tahu bahwa Akmal pastinya tidak mungkin menaruh hati padanya. Lagipula dia juga sudah mengikrarkan janji untuk membenci pria ini. Tetapi kenapa mendengar pengakuan jujur Akmal itu hatinya terasa sakit?

"A-Aku nggak peduli juga." Sahut Juni.

Akmal menoleh dan menatap Juni.

"A-Aslinya pun kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku juga nggak papa. Dengan atau tanpa kamu, a-aku akan tetap berjuang buat membesarkan anak ini. A-aku juga nggak peduli sama perasaan kamu. Apakah kamu mau suka sama aku atau enggak. Lagipula, ada satu hal yang perlu kamu tahu juga." Juni menjeda ucapannya, dan kini berganti menatap Akmal. Mata kecoklatan Akmal bertemu dengan mata gelap Juni.

"Aku udah terlanjur benci banget sama kamu."

Akmal cukup kaget dan hanya bisa bungkam. Dia pun berganti melirik lantai bawah dan mengamati semut-semut kecil yang berkeliaran di dekat kakinya. Akmal terdiam karena merenungkan ucapan wanita di sampingnya ini. Mungkin memang udah sepantasnya Akmal untuk dibenci oleh Juni. Ingatkan kembali bahwa Akmal adalah laki-laki yang merusaknya. Laki-laki yang telah merebut harta terakhir milik kaum hawa. Harta yang seharusnya diberikan Juni untuk calon suaminya kelak.

JUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang