PART SEBELUMNYA...
@
@
@
"Loe itu sok polos atau gak tahu diri? Loe masih bisa tanya keberatan?—"
Sivia memberi jeda. Bangkit dari kursinya dengan tatapan masih mengarah tajam pada Ify.
"JELAS. Jelas gue keberatan. Lihat muka loe aja gue pengen beli ini kampus. Bangsat." Sivia mengamuk dengan mendaratkan telunjuknya tepat di depan wajah Ify.
Ify menelan ludah. Beberapa pengunjung kantin tampak melalui lirikannya, mulai terpusat pada mereka. Suara Sivia nyaring banget sih. Terpaksa ia mundur.
"Oke sorry. Gue duduk di tempat yang lain." ucapnya meringis tertahan melangkah mundur dan berbalik.
Baru beberapa langkah, tangan seseorang menumpu di pundaknya sekaligus memaksa untuk kembali balik badan, dan di saat itulah Sivia menyemburkan kalimatnya dengan jarak wajah dua jengkal darinya.
"Gue udah gak napsu, Brengsek."
Tadi bangsat, sekarang brengsek. Ntar ketemu lagi apa sebutan untuknya. Sepadan lah ya dengan apa yang ia perbuat.
Fyuhhh... hembuskan nafas pelan-pelan Ify. Tarik nafas, hembuskan lagi. Anggap latihan yoga. Ia memandang punggung Sivia yang semakin mengecil dalam pandangannya. Meringis menyadari orang-orang sekitar memusatkan fokus padanya dan Sivia secara bergantian. Salah dia memang mencari timing dan tempat yang tak tepat. Untung banyak yang tak ia kenal. Huft... duduk dulu. Habiskan bakso dan es teh manisnya. Baru berpikir lagi.
***
PART G...
@
@
@
@
Pesan sekian menit lalu membuatnya mendesah lelah. Ia baru saja akan balik ke kos saat pemberitahuan latihan paduan suara muncul di layar smartphonenya. Ify melenggang meninggalkan sekber fakultas yang biasa digunakan sebagai tempat rapat HIMA jurusannya yang terjadwal di hari selasa. Kali ini mereka membahas persiapan OSPEK yang dua bulan lagi akan dilaksanakan, dan dia tertimpa tanggung jawab sebagai koordinator acara. Rapat pertama persiapan OSPEK kali ini hanya dihadiri sekitar 50% pengurus HIMA, mengingat jam aktif kuliah yang digunakan, dan dia sendiri sedang tak ada dosen di mata kuliah terakhirnya di hari ini. Kebetulan yang menguntungkan.
Ify melirik arloji di pergelangan kirinya. Masih ada waktu 45 menitan untuk makan seraya menunggu waktu ashar. Ia rencana mengenyangkan perut di kantin fakultas pertanian yang gedungnya bersebelahan dengan gedung fakultasnya, mengingat menu di sana lebih beragam. Dengan langkah santai ia melewati koridor lantai dasar gedung, dan langkahnya terhenti saat menangkap sosok Shilla dan Cakka memasuki gedung yang akan ia singgahi. Di belakang mereka, ada Sivia dengan langkah panjang menyusul. Yang bikin seru kalau dia juga ke sana, beberapa meter dari Sivia, Rio muncul dari arah parkiran. Sepertinya ada yang terlewat. Sigap ia merogoh benda canggih di saku celana kulotnya.
From: Racakka
Kita tunggu di kantin fakultas pertanian. Sekarang.
"Tiap gue gak sedia payung sebelum hujan, selalu dipertemukan." gerutunya melanjutkan langkah.
***
"Loe apa, Yo?" tanya Cakka ketika menuliskan pesanan Shilla.
"Lalapan ayam 2, es jeruk 2." jawab Rio menghentikan gerakan menulis Cakka. Pemuda itu menaikkan sebelah alis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALWAYS BE MY PARTNER (HOPE)
ChickLitJika kalian dan pasangan berada pada posisi sulit untuk menyuarakan kasih karena pertemuan yang minim walaupun berada di kawasan yang sama, mungkin cerita ini sesuai untuk menghapus sedikit kebaperan karena keadaan. Selamat membaca...