C"

2.8K 216 33
                                    

Keterangan gambar: Tidur nyenyak setelah dismenore Ify agak reda (visual diambil di Pinterest)

Haloo...

Sebelumnya makasih atas vomennya di part sebelumnya dan beberapa cerita...

Jadwal kayaknya agak luwes dikit ya di bulan puasa ini....

Happy reading and hope u like this part...

-

-

-

Drrrttt...

Bunyi getar ponsel berulang membuat Ify mengerjap beberapa kali. Ia merogoh nakas dan mendapati ponsel yang membuatnya sedih beberapa jam lalu karena terlanjur pesimis dalam pengoperasiannya, bergetar memunculkan ID caller papa. Jam di iPhone menunjukkan pukul 08.23 WIB. Ify bimbang antara menerima atau membiarkannya hingga Rio keluar dari kamar mandi. Ia menoleh bergantian antara ponsel Rio dan kamar mandi beberapa kali hingga getaran terhenti. Sedetik kemudian bergetar kembali. Ify akan menerima panggilan saat Rio keluar kamar mandi dengan piyamanya semalam.

"Papa, Mas." lapornya yang segera diambil alih oleh Rio.

Laki-laki itu menaiki ranjang sembari menyahuti papa di kamar sebelah. Ify menyimak kalimat-kalimat yang dilontarkan Rio dengan wajah tak enak dipandang. Rio menatapnya meminta untuk mendekat. Ia gerak cepat menempatkan diri di rangkulan Rio. Menyandarkan punggungnya di dada bidang pria itu.

"Beneran gak bisa yang lain, Pa? Harus kita berdua? Gak bisa diwakilkan?" tanya Rio bertubi-tubi.

Ify meletakkan lengan kanannya di atas perut Rio yang rata, sekaligus menumpukan kepala di dada Rio. Deruan napas laki-laki itu terbilang cepat. Sepertinya pembicaraan mereka cukup menguras emosi negatifnya. Tangan Ify merayap ke atas. Mengusap dada Rio berulang hingga tarikan napas laki-laki itu kembali normal.

"Kakak yang ke kamar Papa sekarang. Heem iya. Assalamualaikum." tutup Rio meletakkan ponselnya di atas nakas.

Menoleh pada Ify yang juga menatapnya bertanya. Rio menunduk memperpendek jarak. Mengangkat kepala Ify dengan tangannya yang bebas, dan melepas kecupan singkat bibir mungil itu. Mata Ify yang mengedip-ngedip lucu juga tak bebas dari serangan Rio. Usai membuka pagi dengan kegiatan yang manis, Rio menggendong tubuh Ify turun dari ranjang. Menggandeng tangan kecil istrinya keluar kamar.

"Perutnya gimana? Masih sakit?" Rio menunduk menanti jawaban yang dibalas Ify dengan gelengan.

"Udah dikit." Rio mengangguk paham sembari tangannya yang bebas menggandeng Ify, menyentuh permukaan perut gadis itu dan mengusapnya sekilas.

Langkah Ify nyaris terhenti sekaligus dengan tarikan napasnya. Ia mengerang. Hampir menyerah dari pertahanannya untuk membiasakan diri dari perlakuan Rio yang setelah sah malah bikin tambah sesak napas. Tarikan Ify makin melambat saat Rio membuka pintu usai mendapat sahutan dari dalam, Manda dan Rian sedang dalam posisi sedikit intim. Ia hampir menggeleng pelan melihat tingkah pasangan di atas ranjang itu. Pantas Rio tak ada malu-malunya menunjukkan kemesrahan di depan orang tua pria itu. Ify paham sekarang.

"Mama duduk dulu ya." pinta Rian sembari menegakkan punggung Manda yang bersandar di dadanya.

Wanita paruh baya itu beranjak dari pangkuan Rian. Memilih duduk di sofa setelah menarik lengan Ify. Menanyakan keadaannya yang semalam bikin ricuh. Sepulang Rio membeli pembalut, dismenore yang kerap kali hadir membuat Ify banyak gerak. Dia sampai nungging-nungging dengan rengekan pada Rio yang bingung dan akhirnya menyerah. Suaminya menghubungi Manda untuk meminta saran. Rio mendengarkannya sembari mengikuti instruksi Manda. Bersyukurnya, semua yang diperlukan tersedia di kamar. Air mineral dalam botol, water heater, dan handuk kecil. Ify baru bisa tidur saat adzan shubuh.

ALWAYS BE MY PARTNER (HOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang