U

2.9K 212 38
                                    

Gambar: Kalian sudah tahulah ini ngapain(?)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gambar: Kalian sudah tahulah ini ngapain(?)



Ify belum juga sadar pagi ini. Tepat pukul enam, Manda datang membawa pakaian untuk Rio dan ayah, serta bubur ayam sebagai sarapan. Rio pamit keluar kamar pada ayah dengan merangkul lembut lengan Manda. Menggiringnya menuju taman rumah sakit yang berada di tengah koridor. Ia tak lupa dengan janjinya untuk menagih cerita pada Manda. Di tengah-tengah pusing yang mendera karena semalam belum ambil jatah istirahat, Rio menyimak penjelasan Manda.

"Sivia datang ke rumah dan tahu kalau Ify udah kamu lamar. Mama keceplosan dan gak sadar. Baru sadar pas Sivia narik Mama ke halaman belakang." Manda mengambil jeda untuk menekan suaranya yang mulai terdengar serak, "Mama berdebat dengan Sivia dan Sivia gak terima kalah. Dia balik ke ruang makan. Mama telat nyusul dan telat sadar sama apa yang dilakukan Sivia. Yang Mama tahu Sivia gores lengan Ify dengan pisau makan, dan Ify kaget. Itu yang membuat Ify jatuh ke belakang dan kepalanya bentur lantai."

Manda menutup penjelasannya dengan mendekap Rio yang diam mencerna informasi yang baru didengarnya. Tubuh Rio terasa lebih kurus dari terakhir ia peluk sebelum pamit dinas ke luar kota, dan Manda memberi sumbangsih menambah pikiran Rio dengan lalai menjaga calon istrinya.

"Maafin Mama, Kak. Maaf Mama gak bisa jaga Ify."

Rio menghela napas panjang, membalas pelukan sang mama, "Kakak takut yang Dek Rara alami harus menimpa Ify juga. Kakak gak yakin masih bisa tegar kalau harus kehilangan perempuan yang Kakak sayang untuk kedua kalinya, Ma." ungkapnya membuat tangisan Manda menjadi.

"Kakak masih beruntung bukan Mama yang di posisi Ify, karena Kakak gak akan bisa menahan dendam Kakak pada Sivia, dan Mama tahu pasti bagaimana cara Kakak membalaskan dendam agar setimpal."

Manda makin mengeratkan pelukan pada laki-laki sulungnya. Dia tak mau harus melihat Rio hidup di jeruji besi sendirian untuk memberinya perlindungan, karena sangat tahu betapa kejinya Rio untuk menuntaskan dendam, bahkan penabrak Rara yang sempat melarikan diri, tak Rio izinkan keluar dari penjara hingga masa tahanan belasan tahunnya habis. Manda tak mau Rio mengerahkan seluruh kekejamannya, karena sudah terlalu banyak kesedihan yang harus ditekan Rio agar terlihat baik-baik saja. Mulai dari cita-cita sebagai pilot yang tak direstui mengingat Rio adalah pewaris satu-satunya kekayaan keluarga, nyawa Rara yang tak bisa terselamatkan, hingga sikapnya pada Ify sebagai gadis yang Rio pilih. Ketakutan Manda bahwa Rio berpotensi untuk dendam pada Sivia mengingat bagaimana Rio memperjuangkan Ify untuk diakui eksistensinya di keluarga Wirawan tanpa memandang status sosial mereka yang jauh berbeda, membuat Manda melepas pertanyaannya.

"Kakak gak akan hukum Sivia, kan?" melepas pelukan, menggantinya dengan meraih tangan besar Rio untuk digenggam erat, "Kak? Nggak kan?" pintanya butuh kepastian.

Rio menghela napas, memandang sendu Manda, "Asal Mama janji gak akan berhubungan secara emosional lagi sama dia. Kalau cuma untuk urusan bisnis, Kakak persilakan. Kalau lebih, Kakak gak bisa tinggal diam, karena gak menutup kemungkinan kejadian yang menimpa Ify gak terulang lagi. Gak ata tawar-menawar lagi?"

ALWAYS BE MY PARTNER (HOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang