V"

1K 135 24
                                    

Assalamualaikum Wr. Wb.

Selamat malam teman-teman...

Buat yang sudah nunggu cerita ini, terima kasih banget. Terima kasih juga sudah tetap mengapresiasi cerita-ceritaku. Terima kasihh bangetttt yang  udah bertahan sama cerita-ceritaku.

Selamat membaca...

-

-

-

"Gue kira gak jadi." komentarnya melihat Cakka yang baru muncul beberapa jam setelah telepon.

"Duluin pacar dulu Qaqa."

Rio tak lagi menyahuti. Ia beranjak dari posisinya memeluk erat Ify yang tertidur setelah kelelahan menangisi keadaan bersama-sama.

"Mau gue bantu Yo? Mindahin Ify gitu." ucap Cakka sambil melirik ke arah ranjang di sisi kiri ranjang pasien.

Rio membalasnya dengan delikan tajam. Sementara tangannya yang tak menahan punggung Ify, menepuk pelan lengan wanita itu hingga pemiliknya menggeliat pelan dan mengerjap.

"Bangun dulu yuk." ucapnya sembari mengusap belakang kepala Ify, "Pindah ke ranjang satunya. Ada Cakka." infonya setelah Ify selesai menguap dan mengucek mata memperjelas penglihatan.

"Minggir loe!" sinisnya pada Cakka yang sudah duduk nyaman di ranjang pendamping pasien begitu Ify mulai beranjak dari pangkuannya, "Bentar Fy." lanjutnya menahan lengan Ify yang akan berlalu dan mendaratkan kecupan di sepasang mata wanita itu.

Ify reflek memukul lengan bawah Rio dan hampir mengenai infus, "Cuci muka dulu gih. Sekalian dengerin laporan Cakka soal Mas malam kemarin."

Masih kesal dengan sikap Rio yang harus ditangisi dulu baru jadi normal sekaligus mengumbar kemesrahan di depan Cakka, ia hanya mengangguk dan berlalu. Begitu berada tepat di dekat Cakka, ia mendongak untuk menebar senyum sapaan.

"Makasih udah jenguk temen kakak ini." tuturnya.

"Yoi sama-sama. Sabar-sabar terus ya loe." balas Cakka yang menangkap maksud dari senyuman dan kalimat Ify, "Lain kali gak usah ditangisi. Biar kapok dia. Biar kagak caper mulu."

"Tai." respon cepat Rio.

"Anak loe denger loh yo."

Mendengar itu, Ify reflek menyentuh perutnya. Ia menoleh pada Rio yang juga menatapnya. Laki-laki itu mengangguk memintanya segera ke kamar mandi. Dalam hati ia menjeritkan kalimat sugesti untuk ia dan sang calon anak baik-baik saja. Sedangkan Rio memulai percakapan dengan topik berkas yang keluar dari tas kerja Cakka dan mulai membacanya satu persatu bergantian dengan pesan elektronik di ponsel. Cukup lama ia baru sadar Ify tak kunjung keluar. Ia menyerahkan kembali lembaran kertas pada Cakka dan melesat bersama tiang infusnya menghampiri kamar mandi.

"Fy??" panggilnya selagi memutar pelan knop pintu dan mempersiapkan diri ketika isakan tertahan mulai terdengar, "Astaghfirullah... Fyy."

Tergesa ia menghampiri Ify yang terduduk lemas di atas closet. Kedua tangan Ify bergetar hebat menggenggam celana dalam dan pantiliner yang sejak hamil masuk dalam kebutuhan pokok. Ia masih dapat menangkap dengan jelas genangan air di lantai bercorak gelap itu berwarna merah cukup pekat dan banyak. Sementara bagian bawah daster terangkat hingga dekat dengan kemaluan.

"Tetep di tempat loe Kka!" teriaknya segera sadar menutup pintu kamar mandi begitu Cakka yang melempar pertanyaan-pertanyaan heboh dan akan membalikkan badan.

Rio terpeleset dan selang infus nyaris terlepas ketika bergerak terlalu cepat menghalau tubuh Ify yang akan tumbang menghantam lantai. Ia mengambil napas kuat setelah berhasil menyelamatkan Ify dan dirinya sendiri. Setelah cukup tenang, ia membenahi posisinya untuk berjongkok di hadapan Ify, sekaligus menarik tiang infus lebih dekat dengan posisi keduanya. Kepala Ify jatuh lemas di pundaknya. Isakan Ify mulai terdengar lemah seiring tarikan napasnya melambat.

ALWAYS BE MY PARTNER (HOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang