E"

2.5K 231 103
                                    

Assalamualaikum...

Selamat menuju tengah malam...

Terakhir update 28 juli kemarin jadi terhitung sebulan lebih tidak menyapa kalian. Jadi, aku minta maaf sudah melanggar jadwal yang kubuat sendiri karena beberapa alasan salah satunya ada kegiatan mengumpulkan pundi-pundi uang yang bikin susah buat mood bagus untuk nulis.

Happy reading!!

Hope u like this part. Anggap ini pemanasan yaaa *KissandHug*

-

-

-

Masuk hari kedua sejak Rio tepar. Suaminya sudah sehat. Sehat sangat. Buktinya pagi ini Rio lebih dulu terbangun dari tidur nyenyaknya semalam. Ify baru selesai ibadah shubuhnya ketika Rio muncul dari balik walk in closet dengan mengenakan pakaian dinasnya. Tergopoh-gopoh Ify merapikan alat salatnya dan menghampiri Rio yang terburu-buru memasang dasi. Lekas ia ambil alih kain panjang warna navy itu dan melingkarinya dengan rapi di sepanjang krah kemeja Rio. Ify menahan pertanyaannya sampai semua atribut terpasang di tubuh tegap Rio.

Meletakkan telapak tangannya di dada bidang suami, Ify mengeluarkan pertanyaan, "Kantor bukanya memang ngalahin gerbang sekolah ya, Mas?"

Rio menarik sebelah alisnya ke atas, "Oh.." tanpa melihat maksud lain ucapan Ify, ia melanjutkan, "Mas takut Mama keburu bangun terus ngomel tahu Mas masih kerja."

"Ohh." Ify mengangguk santai, "Jadi kalau Ify yang marah, Mas gak takut gitu ya." tambah gadis itu membuat Rio mengernyit curiga.

Ia lekas menahan bahu Ify usai gadis itu menyelesaikan simpulan dasi di lehernya, "Ada apa?"

Ify menaikkan sebelah alisnya, "Apanya ada apa, Mas?"

Rio tak menyahuti pertanyaan balik istrinya. Ia memilih menelusuri ekspresi muka Ify yang tampak tenang dengan sepasang mata membalas tatapan menyelidiknya. Ia membuang muka lebih dulu menyadari Ify tak akan berhenti menatapnya demikian. Meraih tubuh kecil Ify dan mendaratkan kecupan di puncak kepala istrinya lama.

Ify mencoba meresapi usapan Rio di punggungnya untuk meredakan kesal yang masih bercokol kuat di hatinya. Bisa-bisanya kerja gak bilang dari semalam. Ify akhirnya gak nyiapin sarapan dan lain sebagainya kan. Beberapa kali Ify menghela napas panjang sampai Rio melepas pelukannya. Usapan laki-laki itu naik ke pundak dan memberi cengkeraman lembut di sana. Punggungnya condong ke depan menyejajarkan kepala dengannya dan memandang meminta pengertian.

"Maaf Mas masih harus kerja. Belum bisa ajak kamu liburan." katanya dengan pandangan menyesal.

Ify menggeleng dengan tatapan tenangnya. "Bukan itu."

"Lalu?" kejar Rio yang Ify balas dengan gelengan kepala.

"Gak papa, Mas." ucapnya lantas meraih tas kerja Rio dan mendahului laki-laki itu keluar kamar, "Ayo Mas, keburu Mama bangun."

Rio masih diam di tempatnya menatap punggung Ify yang perlahan lenyap di balik pintu. Dia menghela napas. Merasa bersalah. Seharusnya hari ini mereka berbincang tempat honeymoon setelah hampir 2 minggu mereka tak berkegiatan selayaknya pengantin baru. Rio mengerti jika Ify kecewa, kesal, dan marah karena kerjaannya, tapi yang buat ia tak mengerti adalah penampakan ekspresi Ify yang tak mengungkap tiga perasaan itu. Di tambah Ify yang sulit untuk bicara secara gamblang. Rio ini laki-laki yang tak bisa terlalu peka dengan keadaan, kondisi pasangan sekalipun. Sementara Ify adalah seorang wanita yang pada dasarnya senang meminta pasangan untuk bermain tebak-tebakan. Bedanya Ify masih bisa menampilkan sikap tenang, beda dari kebanyakan yang biasanya ngerengek tak karuan. Seperti sekarang ini, gadis itu menunggunya mendekat di depan lift dengan senyuman manis.

ALWAYS BE MY PARTNER (HOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang