J"

1.6K 232 70
                                        

Assalamualaikum Wr. Wb...

Tumben siang ya. Karena semalam belum selesai ditulis.

Terima kasih atas apresiasinya di cerita-ceritaku...

Happy reading.... Semoga tetap berminat

-

-

-

"Sorry, Yo, Fy, gue baru bisa ke sini."

Ucapan itu terlontar dari Cakka yang baru hadir di hari kedelapan kepergian Rian. Laki-laki itu terjebak agenda kerja yang tak memiliki celah untuk mangkir barang sehari. Orang tua Cakka yang mengatakannya saat mereka berkunjung di hari ketiga. Di samping Ify, Rio hanya tersenyum tipis seraya membalas pelukan Cakka. Oh ya, Ify belum bilang ya bahwasanya bukan hanya Manda yang menjadi pasif karena kehilangan ini, juga Rio yang tampak tak bergairah. Di hari ketiga, laki-laki itu mulai beraktivitas seperti biasanya. Kerja dari pagi sampai menjelang petang. Sementara Manda lebih banyak di dalam kamar. Ayah dan bunda di hari itu pun pulang, baru kembali di hari ketujuh.

"Mama mana?" tanya Cakka melepas rangkulannya.

"Di kamar, Kak. Mau ke sana?" jawab Ify dirasa Rio tak berniat untuk bersuara.

Ia lantas melangkah lebih dulu ketika Cakka mengangguk setuju. Sementara itu, tanpa kata Rio berbalik arah menuju lift. Ify menghela napas panjang menyadari suasana hati Rio yang belum juga membaik. Pria itu hanya bicara jika ditanya lebih dulu. Bikin keki banget kan? Bersyukur di beberapa hari selanjutnya disibukkan dengan bantu-bantu bibi selama 7 hari ngaji bersama dan tahlilan di hari ketujuh.

"Kenceng banget, Fy. Capek loe?" komentar Cakka.

Dia cuma nyengir yang dibalas Cakka dengan sebelah alis terangkat.

"Ambekan sama Rio?" tebak Cakka, terdengar tak peduli.

Ify menggeleng, "Keadaan Mas Rio hampir sama kayak Mama karena kepergian papa. Loe tahu kan bentuk penyaluran emosinya dia?"

Cakka mengangguk, "Diemin orang."

Ia tak merespon lagi, langsung menyeret kakinya mendekati kamar Rara di lantai 4 di mana Manda memutuskan pindah kamar semalam. Sahutan lemah terdengar ketika ia mengetuk pintu. Pelan, Ify membuka pintu. Ia menatap nanar pada Manda yang duduk di atas ranjang dengan kedua kaki tertekuk. Pandangan kosongnya mengarah pada foto Rara yang terbingkai pigura besar.

"Lihat deh Ma, ada anak laki-laki Mama yang kedua nih."ucap Ify dengan nada riang yang hanya direspon lirikan singkat dari Manda.

Ify menyadari Cakka yang terenyak di sampingnya. Manda yang biasanya langsung melompat memeluk pemuda itu, hanya melirik sekilas. Segera Cakka menghampiri Manda dan memeluknya dari samping. Mendekapnya kuat saat dirasa air mata Manda meluruh deras. Cakka belum pernah merasa ditinggal oleh seseorang yang mengisi hidupanya hampir separuh usia. Namun dia mengerti sesakit apa, bahkan hanya untuk kembali.

Ify meninggalkan keduanya, merasa ia tak cukup kuat untuk menyaksikan Manda menangis kesekian kalinya sejak malam itu. Menjelang makan siang, Ify memilih menuju dapur mengingat bibi sebentar lagi akan kesini. Ia sudah siap dengan baju rumahan yang dari pagi ia kenakan. Weekend ini digunakan untuk santai-santai di rumah. Rio yang biasanya ada saja agenda kumpul dengan teman-temannya, sekarang mungkin mendekam di home theater atau ruang kerjanya.

Tak terasa, sudah hampir dua bulan dia mendampingi Rio. Dalam jangka waktu singkat itu, Ify hampir menyerah dengan kejadian-kejadian yang dialaminya. Mulai dari Rio yang harus bekerja di hari setelah menikah dan terhitung satuan kali Rio menghubunginya, beranjak pada peristiwa dideportasi ke Bali. Selang berapa hari, kabar Rian kecelakaan dan seminggu kemudian mendapati Tuhan memutuskan Rian ikut bersama-Nya. Kejadian demi kejadian terasa begitu cepat. Bukan, tapi terlalu cepat. Bahkan Ify belum merasakan liburan bersama pria itu.

ALWAYS BE MY PARTNER (HOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang