M

2K 175 29
                                        

Mohon maaf sering ilang-ilangan seperti mantan(?). Sepertinya beberapa waktu ke depan bisanya masih post cerita yang ini soalnya baru dapat mood nulis cerita ini aja. Untuk TC, dan CHANCE doakan segera dapat mood...

Selamat membaca:)

@

@


Apapun yang kamu lihat, aku mohon kamu jangan salah paham.

Apapun yang kamu lihat, aku mohon kamu jangan salah paham.

Apapun yang kamu lihat, aku mohon kamu jangan salah paham.

Pesan itu berkali-kali Ify ulang dalam hati berharap sepasang matanya tak tergiur untuk memandang ke arah tribun di mana kedua orang tua Rio bersama 'mantan sahabatnya' duduk berdampingan menyaksikan peresmian kelulusan Rio. Ify benar-benar kesal sekarang sampai ia menyebut Sivia dengan mantan sahabat. Masalahnya pendekatan camer di era sekarang ini lebih penting. Meskipun sama anaknya agak renggang gak masalah, yang penting sama orang tuanya udah dianggap calon mantu. Lihatlah di atas sana, mereka berbincang dan tertawa bersama. Seketika Ify menyesal tidak mengindahkan permintaan Rio semalam untuk bertemu orang tua pemuda itu. Ya mana Ify tahu kalau dia akan ketikung dengan cara seelegan ini.

"Fy. Ayo." gertak salah satu teman padusnya membuat Ify menjeda sebentar kekesalannya.

Beberapa menit kedepan lupakan dulu Sivia yang seharusnya berdiri di barisan padus, namun ternyata duduk cantik di tribun. Tatapan Ale menghujam ketika menemukan laki-laki itu sudah berdiri dekat kursi samping kiri pengiring. Ify menelan ludah dan menjilat bibirnya yang mendadak kering. Ia melirik ke arah tempat wisudawan untuk mendapatkan senyuman menyemangati dan menenangkan dari kekasihnya. Fyuhhh... Hari ini benar-benar penuh kejutan.

Sementara Rio di posisinya, menahan geram menerka apa yang diobrolkan Sivia sampai kedua orang tuanya tertawa di atas tribun sana mengingat kedua orang tuanya sama-sama kaku, menjelaskan dia yang sulit untuk diajak bercanda. Pagi tadi saat ia dan keluarga bersiap-siap untuk berangkat, Sivia muncul dari balik pintu apartemen dan memperkenalkan diri sebagai teman dekatnya. Alih-alih menjawab pertanyaan orang tuanya mengenai hubungannya dan Ify, Rio memilih bungkam dari pada harus mencaci seorang perempuan di hadapan mama-papa. Tepukan meriah menghalau ingatan Rio akan peristiwa pagi tadi. Sepasang mata menatapnya puas yang ia balas dengan penuh bangga. Gadisnya masuk ke dalam barisan untuk memberi salam penutup sebelum kembali ke tempat semula. Selanjutnya setelah penampilan dari UKM padus selesai, dilanjutkan dengan pemanggilan nama wisudawan/i yang terpotong di fakultas ilmu sosial dan politik, berlanjut ke fakultas teknik. Ketika MC mulai menyebutkan satu persatu teman satu fakultasnya, dan sampai dirinya terpanggil. Saat itulah, Rio merasa beban baru sebagai masyarakat mulai menyapanya dalam bentuk bayangan di depan mata. Mempertanggungjawabkan keilmuan yang ia terima. Mengaplikasikannya pada khalayak sekitar. Membuat pengetahuan yang dikantongi berguna untuk bangsa. Seketika Rio memikirkan untuk mempercepat studi lanjutnya yang belakangan ia pertimbangkan untuk meneruskan di tahun kedua kelulusan. Rangkaian acara peresmian gelar sarjana dan pasca sarjana terus berlangsung dengan lancar hingga master of ceremony menutup acara dengan disusul tarian penutup dari UKM bidang kesenian. Satu persatu penghuni gedung bubar jalan, termasuk Rio yang telah dihampiri oleh orang tuanya dengan Sivia mengintil di belakang. Rio melirik Ify yang menatapnya memelas sebelum ditarik paksa oleh salah satu anak padus menuju belakang panggung. Evaluasi performa.

"Ify masih evaluasi, Ma." ucap Rio ketika sang mama mengajak untuk segera keluar ruangan dan menuju tempat studio foto yang sudah mereka pesan sebelumnya.

Manda -mama Rio- menghela napas. Dia merasa gerah lama-lama di dalam ruangan ini, "Biar Ify nyusul aja, Yo." usulnya yang diangguki cepat oleh Sivia.

ALWAYS BE MY PARTNER (HOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang