N"

1.3K 197 67
                                    

Assalamualaikum Wr. Wb.

Selamat menuju tengah malam...

Terima kasih atas apresiasinya selama ini...

Happy reading...

-

-

-

Berjalan pelan, ia menghampiri istrinya yang sedang memindahkan tumpukan baju yang sudah dikeringkan ke dalam bak cucian untuk dibawa ke atas. Ify masih belum menyadari kehadirannya tepat di balik punggung wanita itu. Dari posisinya ia dapat mendengar tarikan napas Ify yang tak beraturan. Kondisi tersebut biasanya terjadi setelah istrinya terisak hebat. Rio yang sudah pening dengan sikap Manda, lebih pening lagi menyadari dirinya hampir merubah posisi netralnya setelah berbincang dengan Manda dan mendapati Ify berusaha menghentikan tangisnya sendiri karena permasalahan ini. Berada di tengah-tengah istri dan ibu tanpa membuat keduanya berpikir bahwa dia lebih condong pada salah satunya, benar-benar menguras otaknya melebihi masa transisi kepemimpinan Rian dialihkan padanya. Pertengkaran sesama wanita adalah rumit, dan bertambah tingkat kerumitannya ketika keduanya menyandang status sebagai mertua dan menantu.

Rio bukan menutup telinga tentang isu-isu rumah tangga yang didominasi dengan hubungan menantu perempuan-mertua perempuan. Beberapa senior bahkan teman seangkatannya semasa kuliah yang menikah setelah maupun sebelum lulus kuliah selalu memberinya gambaran tentang itu. Menasihatinya untuk selalu berada di posisi netral antara istri dan ibu terlebih yang berada dalam satu rumah. Dia yang merasa di atas angan saat itu karena hubungan Ify dan Manda jauh dari kondisi saat ini, hanya ngangguk-ngangguk tak menganggapnya serius. Sekarang tahu rasa.

Lamunannya terputus ketika Ify membalikkan badan dan menabraknya, "Loh.. Mas kapan datengnya? Ify kok gak tahu?"

Rio tak langsung menjawab. Ia mengambil alih keranjang cucian yang berisi tak terlalu banyak pakaian mengingat Ify membuat jadwal cucinya 3 kali dalam seminggu, dan meletakkanya di sisi kirinya. Lantas mencengkram lembut bahu Ify. Sebelah alisnya terangkat ketika meneliti wajah sembab Ify dan mata merah wanita itu. Sedetik kemudian ia membawa istrinya ke dalam pelukan. Tangis yang dirasa belum tuntas, terdengar tertahan di telinga Rio dan itu menyesakkan. Ia memaksa Ify untuk menumpukan gadunya di pundak ketika wanita itu makin menenggelamkan muka di dadanya dan menyulitkan tarikan napasnya.

"Jangan gini, Fy. Napasnya susah."

Ify menggeleng lemah. Isak yang ia tahan mati-matian takut lendir yang keluar dari hidungnya mengenai baju yang ia cuci, serasa balas dendam. Ia makin menekan kepalanya pada dada Rio takut-takut tangisnya terdengar oleh Manda dan membuat mertuanya kembali menempatkannya pada posisi lebih sulit lagi. Demi Tuhan... dia menyayangi Manda sepenuh hatinya.

Sementara itu berlawanan dengan Ify, Rio terus berusaha menarik kepala wanitanya yang terasa semakin kuat menempel di dada sembari mulutnya terus membujuk, "Batuk kan," kesalnya mendapati tarikan cepat napas Ify bersamaan dengan batuknya, "Lepas!"

Sedetik setelah perintah itu, Ify melepas tautan tangannya di belakang suaminya. Di ikuti tubuhnya merosot yang segera ditangkap oleh Rio. Tubuhnya terasa lemas sekali. Energi pagi yang belum diisi ulang dan digunakan untuk mencuci serta berdebat dengan Manda yang diakhiri dengan nangis sendirian, menyulitkannya untuk berdiri tegap. Ia meraih pinggiran mesin cuci untuk tumpuan sementara kedua tangan besar Rio mencengkram pinggangnya.

"Pelan. Napasnya pelan." tuntun Rio.

"Lapar. Tenaga Ify habis."

Rio mendengus geli, mengurungkan niat untuk ngomel. Ia mengusap puncak kepala istrinya saat membalas, "Makanya, pake nangis kayak gitu ngapain?"

ALWAYS BE MY PARTNER (HOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang