X

1.1K 103 41
                                    


Assalamualaikum Wr. Wb.

Selamat malam teman-teman...

Buat yang sudah nunggu cerita ini, terima kasih banget. Terima kasih juga sudah tetap mengapresiasi cerita-ceritaku...

Aku tuh sadar banget postingnya kumat-kumatan. Setelah dikulik, selama setahun ini intensitas bacaku kurang. Pembendaharaan kataku mendem alias gak keluar waktu mau nulis. 

-

-

-

Ify tergesa beranjak dari balkon ketika bunyi bel kembali terdengar selang hampir satu jam sejak Cakka berlalu. Di belakang, Agni menyusul tak kalah tergesa. Ify menarik napas panjang dan mengeluarkannya dalam sekali hembusan kuat sebagai salah satu cara kilat mempersiapkan diri menerima Rio dalam kondisi apapun. Namun begitu kenop pintu ia tarik, bukan Cakka ataupun Rio yang berdiri beberapa langkah dari ambang pintu. Sosok itu adalah Manda, tidak bersama dayangnya. Buru-buru, Ify mencium punggung tangan sang mertua.

"Mana Rio?"

Ify belum berdiri sempurna ketika mertuanya melempar pertanyaan pertama. ia mengerjap bingung memilih jawaban aman, "Lagi keluar Ma. Masuk dulu, Ma." tawarnya menggeser posisinya.

"Gak usah." penolakan langsung, "Keluar kemana?"

Lidah Ify hampir bergerak menyampaikan dengan jujur bahwa dia pun tak tahu keberadaan Rio sekarang. Namun hal itu sepertinya tak membantu apapun untuk menghadapi mertuanya. Oleh karena itu, dengan tenang yang dipaksa ia menjawab, "Ke kantor, Ma. Mama gak mau masuk dulu?"

"Gak usah." penolakan langsung yang kedua, "Ngapain juga di sini kalau gak ada ANAK ya kan??"

Ify menahan diri untuk tidak menangkap kalimat itu dengan negatif. Namun ternyata suara tertahan Agni menandakan bahwa benar adanya Manda sedang mempersuasif emosinya. Ia memberi kode pada Agni untuk mundur teratur sebelum Manda menyadari sosoknya yang berdiri tepat di balik punggung. Belum sempat Agni balik badan, Manda menyadari temannya.

"Ngapain temen kamu di sini?" Ify jelas belum siap dengan cecaran itu, bahkan ia hampir merosot mendengar kelanjutannya yang terdengar murka, "Ohhh kamu cari pasukan untuk terus membuat saya terlihat buruk di depan semua orang? BIADAB!"

"Bu... bu—" energinya langsung turun drastis.

Ify merosot dengan kedua tangan terulur untuk menggapai lengan bawah Manda yang tak berhasil digenggamnya karena wanita itu lebih dulu mengambil langkah mundur. Alhasil ia memilih mencengkeram sepasang kaki Manda yang tak sempat ambil jarak ketika tubuh bagian depan nyaris membentur lantai.

"Ampun Ma... Ify minta ampun..." lirihnya, tenggelam oleh bentakan Manda yang memaksa melepas pegangannya.

"LEPASKAN FY!" bentakan kesekian kali karena ia tak kunjung melepas tautannya, "BERHENTI MENEMPATKAN MAMA SEBAGAI KRIMINAL!"

Ify menggeleng di tengah isakannya yang ia telan sekuat tenaga. Dengan kepala yang ia pasrahkan jatuh mengenai kaki mertuanya, ia merintih, "Nggak Ma... Ify sayang Mama."

Rupanya persiapan Manda menguatkan hati untuk tiba di apartemen anak semata wayangnya ini berhasil membuatnya menyentak kakinya hingga menantunya itu terjengkang dengan punggung hampir bertabrakan dengan lantai. Ia memalingkan muka melihat Ify menangis di tengah usahanya untuk tetap sadar. Namun perempuan itu lupa bahwa dramanya kali ini menambah kemurkaannya. Drama yang selalu menempatkanya sebagai pelaku kejahatan, drama yang membuat anak laki-lakinya mengurangi kasih hanya untuk perempuan cengeng yang bahkan tak pernah melakukan apa-apa untuk –yang katanya— berdamai dengannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALWAYS BE MY PARTNER (HOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang