K"

2.4K 219 70
                                    

Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi buta...

Semoga tetap ada yang bersedia baca kelanjutan cerita ini ya...

Terima kasih atas apresiasi kalian di cerita-cerita ku yang aku sadari gak ending-ending kek skripsiku *eh

Happy reading.. hope u still like this story...

-

-

-

"Selesai."

Ify tersenyum puas memandang simpulannya pada dasi yang melingkari leher Rio. Kegiatan rutin di pagi hari yang untuk saat ini tak membosankan. Ia meletakkan kedua telapak tangannya menumpu pada pundak suaminya. Merapikan kembali permukaan jas di bagian itu, sebelum meletakkan dagunya di sana.

"Ngantuk?"

Ify mendengus di sela kekehannya, "kok ngantuk sih."

"Terus?"

Ify tak menjawab. Males. Kode keras macem gini masak gak bisa paham. Ia menaiki telapak kaki Rio, semakin merapatkan tubuhnya. Menambah materi kode 'cintanya'. Kedua tangannya memeluk leher Rio erat. Mengendus-endus di daerah sensitif suaminya itu sampai mendapat balasan yang tepat. Beberapa saat hening, karena Rio pun tak berniat menyudahi kelakuan Ify ini. Bahkan dia membalasnya dengan melingkari pinggang Ify sama eratnya.

Mendapat respon sesuai keinginannya, Ify tampak girang dan makin mengeratkan pelukannya dengan gemas. Elahhh gini doang gue seneng, Mas... Mas...

Beberapa saat mereka dalam posisi itu sampai Rio bersuara, "Udah?" tanyanya melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya kirinya.

Ify menggeleng. Ma

"Bisa dilanjut nanti setelah Mas pulang kerja. Mas udah hampir terlambat ini."

Mau tak mau Ify melepas rengkuhannya, "Sesekali gak bisa telat dikit gitu Mas? Kan Mas atasan."

"Karena atasan itu, Mas harus kasih contoh yang baik kan kalau mau karyawan-karyawannya disiplin."

Ify bukan tidak tahu maksud dan penjelasan pengacara membaca surat wasiat yang telah dibuat oleh Rian sejak membangun usaha kecil-kecilan yang awalnya dikelola sendiri bersama dengan Manda hingga memiliki ratusan pekerja. Rio masih terlalu muda untuk ditinggal Rian dan menggantikan laki-laki itu meneruskan usahanya. Suaminya masih berusia 23 tahun lewat 7 bulan untuk mengemban tanggung jawab besar itu dipundaknya. Ia tahu Rio pekerja keras, namun dia tak tega dengan kondisi psikis Rio saat ini. Kepergian Rian yang tiba-tiba tentu menjadi pukulan berat bagi batin Rio. Belum laki-laki itu selesai menengkan diri, muncul pengacara Rian dan menyampaikan tugas-tugas berat yang harus dilaksanakan oleh suaminya. Rio memang sudah dilatih sejak pemuda itu menyelesaikan sekolah menengah atasnya di usia 18 tahun karena dirasa oleh Rian, di saat itulah waktu yang tepat untuk memberi tanggung jawab baru pada Rio selain menjadi mahasiswa teknik. Lulus SMA menandakan Rio telah tuntas melaksanakan tugas perkembangannya di masa-masa remaja, sehingga Rian yakin menyerahkan satu kantor cabang untuk dikelola oleh Rio setelah laki-laki itu dicekoki teori dan praktik berbisnis selama 3 bulan. Begitu yang diceritakan Rio padanya setelah menyelesaikan aktivitas malam mereka.

"Fy..." panggilan Rio membuyarkan seluruh lamunannya ketika memandang punggung suaminya itu yang sedang menyiapkan keperluannya, "Nanti siang bisa ke kantor? Mas baru ingat semalam baca jadwal, hari ini sedikit senggang. Mas mau ajarin kamu biar bisa bantuin Mas, mumpung kamu masih cuti."

Ify yang sedang meraih handuk yang diletakkan Rio di badan kasur, menoleh dengan tampang ngeri. Dia? Bantu ngurus? Kuliah ilmu politik terjun ke bisnis? Ify bahkan gak yakin sama kemampuannya sendiri. Dia memang mantan anak IPS, tapi pelajaran akuntansi menjadi momok selama 2 tahun di kelas IPS. Dia lebih baik berurusan dengan hafalan, memecah kasus, atau apapun pokoknya gak berhubungan dengan debit-kredit dan jenis hitungan lainnya.

ALWAYS BE MY PARTNER (HOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang