N

1.9K 182 46
                                        

Seminggu berlalu sejak dia meminta Rio menyetujui keputusannya untuk break. Hal ini memberi dampak pada ketenangan hidup Ify selama masa liburan. Tertinggal 9 hari jatah liburan Ify di rumah sebelum balik ke perantauan menyiapkan ospek jurusan. Dan selama seminggu itulah Rio menghargai keputusannya dengan menghubunginya di malam hari saja. Tidak memberondong dengan puluhan chat meminta perhatian. Seperti malam ini, sembari mencurahkan hati melalui tulisannya, di balik headset putih yang menggantung di Indra pendengarannya, suara Rio menemani malam hingga pukul 00.00 WIB. Ya kira-kira 2 jam telinga Ify agak panas.

"Seperti biasa, aku tadi ngajar dulu. Selesai jam sepuluh. Terus main sama Ata bentar. Besok Ata check up rutin. Terus bobo siang. Terus nemenin Bunda nyuplai makanan ringan sama rokok ke toko-toko. Dan seterusnya sama kayak sebelum-sebelumnya." jelas Ify ketika Rio melemparkan pertanyaan rutin pembuka kegiatan telepon malam mereka.

"Gak liburan?"

Ify tak langsung menjawab karena terlanjur fokus dengan paragraf ke sekian yang tengah ditulisnya, dan Rio paham itu. Terkadang laki-laki itu mengisi jeda dengan bernyanyi random sesukanya. Jelasnya Rio sama seperti dirinya yang tak mau menyia-nyiakan waktu komunikasi via ponsel begitu saja tanpa kegiatan apapun.

Ify menggigit bibir bawahnya saat merasa kalimat yang ditulisnya kurang pas. Mengerang putus asa ketika menyadari bahwa memang dia dalam mood yang kurang baik. Ify menyerah dan memilih beranjak. Berbaring santai di ranjang.

"Mas tanya apa tadi? Aku gak denger." ucapnya sembari menggoyang-goyangkan kaki yang menggantung di ranjang, sepasang mata memandang menerawang ke arah langit-langit kamar.

Tak langsung mendapatkan jawaban, Ify memutuskan untuk berbaring sempurna dengan tangan dan kaki bertautan di guling kesayangan.

"Kamu gak jalan-jalan?"

"Kan nunggu Mas ke sini." godanya terkikik geli.

Di seberang sana, terdengar helaan napas Rio sebelum memberinya balasan, "Kelakuan begini minta break. Aku lamar sekalian tahu rasa kamu."

Ify menekan mukanya pada bantal menghalau suara tawanya terdengar sampai luar kamar. Mentang-mentang sudah resmi menjadi masyarakat, Rio mulai berani mengangkat topik lamaran.

"Mas gimana kerjanya di sana? Hubungan sama Sivia juga gimana?" tanyanya mengalihkan diakhiri dengan kekehan.

Suara decakan keluar dari mulut Rio, "Kamu tuh ya. Jangan nangis kalau aku beneran sama Sivia."

"Ihhh... Jangan dong. Kan aku belum move on dari Mas sekarang-"

"Oh jadi kamu berniat move on? Putus aja sekalian gak usah break-breakan segala"

Eh? Ify gelagapan. Grusa-grusu dia beranjak dari posisi tidur nyamannya.

"Gak gitu Mas... Sumpah gak gitu. Aku gak mau putus sama Mas. Jangan diputusin.." rengeknya.

Hembusan napas berat Rio menjadi pengiring perkataan laki-laki itu, "Siapa yang waktu itu minta selesai? Siapa yang waktu itu mau nyerah? Kamu itu memang berjenis kelamin perempuan, tapi gak perlu menanam sifat asli perempuan. Di modif sedikit biar jadi orang yang nggak menyebalkan."

Mulut Ify mengerucut sempurna. Dia jadi kesal sendiri. Dia tahu sifatnya menyebalkan, bahkan kalau diingat-ingat menjijikkan juga. Tapi kan Rio gak harus menjelaskan seterang ini.

"Maaf."

"Aku tutup. Besok aku hubungin lagi."

Ify belum sempat membalas salam Rio ketika sambungan terputus sepihak. Bukan sekali Ify menjebak percakapan mereka seperti ini. Tapi biasanya Rio selalu santai membalas. Malah jatuhnya jadi semi-semi candaan. Mungkin malam ini suasana hati Rio sedang buruk. Pekerjaannya banyak. Rio kan anak tunggal sehingga mau tak mau menjadi pewaris utama keluarga. Sebelum warisan itu jatuh, semenjak Rio menginjak sekolah menengah atas, orang tuanya terlebih sang papa membentuk pribadi Rio menjadi workaholic. Pemuda itu sudah memegang penuh perusahaan cabang milik keluarga dan sejauh ini mengelolanya dengan baik. Pernah suatu waktu Rio menceritakan impiannya untuk membangun usahanya sendiri tanpa membawa nama keluarga. Tapi ternyata tak mengantongi izin.

ALWAYS BE MY PARTNER (HOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang