PROLOG

8.6K 281 12
                                    

Sambil berbincang ringan, ketiga gadis dengan paras cukup sukses menguras iman kaum adam itu mengitari jalanan lurus koridor gedung fakultas kekasih salah satu dari mereka. Setengah disadari ketiganya, pandangan berpuluh-puluh mata langsung terpusat sejak mereka menjejakkan kaki di anak tangga pertama menuju lantai dasar gedung. Setengah berusaha tak acuh pun mereka ingin segera sampai pada tempat tujuan.

Ify menggeleng-gelengkan kepala mendapati rangkulan temannya di lengan kanan terlepas begitu saja. Dengan heboh seperti biasanya, gadis paling muda di antara mereka bertiga tanpa malu bergelayut manja di lengan kekasihnya.

"Balik yuk Fy. Gue malu." komentar sahabatnya yang lain.

"Ya udah lah Vi, kek loe baru sahabatan sama tuh anak."

Tanggap Ify sambil mengangkat kedua bahunya dan melangkah mendekati pasangan tak tahu malu itu dan satu orang cowok dengan wajah tanpa ekspresinya. Sosok yang ia panggil Vi, mau tak mau menyeret kaki mengikuti.

"Selamat ya Kak. Akhirnya yudisium juga sabtu besok." ucap Ify mengulurkan tangan yang disambut bahagia oleh lawan bicaranya.

"Iya Fy, gak sia-sia selama 3 tahun nyari modal bikin skripsi, 2 tahun proses skripsi, gue lulus juga. Thanks ya."

Ify tersenyum tipis. Menepuk pundak pemuda dengan tinggi nyaris sama seperti dirinya dengan bangga. Belum sempat ia berkomentar, kekasih si cowok yang notabene adalah sahabat selama 2 tahun masa perkuliahannya, lebih dulu menyambar.

"Bilang makasih sama aku dong, Yang. Coba gak ada aku, mau molor berapa tahun lagi kamu."

Refleks Ify menginjak kaki yang berjarak setengah meter dari ujung sepatunya. Mendelik tajam memberi peringatan. Gadis di hadapannya seperti biasa, tak acuh. Malah sekarang sudah menarik lengan kekasihnya menjauh dari mereka. Ify hanya mengangguk sekilas memperoleh tatapan penuh maaf dari laki-laki yang diseret paksa sahabatnya tadi.

"Ehem."

Fokus Ify teralih. Dia memandang Via yang menggerakkan dagu ke sebelah kirinya. Lantas menoleh. Dia tersenyum kecil menahan ringisan. Mengulurkan tangan, menjabat kakak tingkatnya yang satu ini seperti biasa jika bertemu.

"Apa kabar, Kak?"

"Alhamdulillah baik. Kamu?"

***

ALWAYS BE MY PARTNER (HOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang