B

3.5K 199 0
                                    

PART SEBELUMNYA...

@

@

@

"Kalau aku boleh tahu, motivasi Kakak sore itu ke sana lagi apa?" tanya Ify yang melapangkan dada memulai kembali pembicaraan.

Mimik wajah di hadapannya sekejab berubah. Ia menelan ludah. Kembali menunduk. Tak berani membalas tatapan tajam yang menghunus ke arahnya.

"Aku pernah ngelarang kamu organisasi?"

Aduhhh... nyari masalah kan? Fy, Fy. Tarik napas dalam-dalam. Hembuskan. Hadapi dengan ketenangan.

"Apa pertanyaanku mengarah pada larangan untuk Kakak ke sana lagi?"

Upss... mulut. Reflek Ify menggigit bibir bawahnya. Meringis tertahan. Dengan lirikan kilat dia menangkap gerakan kecil sosok di depannya mengarah pada penghentian obrolan malam sabtu ini.

"Pulang."

Benarkan?

"Kak Rio." panggilnya berharap menghentikan langkah Rio yang menuju mobil sportnya terparkir.

Bodoh. Rio adalah tipe orang yang sangat menjaga setiap keputusannya. Sekali A, akan tetap A. Sampai mulut orang lain berbusa memancing dia untuk mempertimbangkan kembali keputusannya pun, tak banyak berpengaruh. Sama seperti saat ini. Pulang ya pulang. Dia tak beranjak dari bangku taman ini pun, tak akan membuat laki-laki itu berbalik dan kembali duduk di hadapannya. Apalagi memerintah maupun mengajak untuk kedua kalinya. Bunyi suara mesin mobil yang familiar di telinganya, memaksanya untuk segera bangkit. Dengan langkah panjang ia melewati bunga-bunga taman yang tampak seolah menenangkan gemuruh dalam dirinya. Lenyap sudah bayang-bayang diskusi gembira malam ini.

***

PART #B

@

@

@

@

Sumpah serapah sekaligus pengabsenan nama-nama binatang buas tak kunjung reda sejak kedatangan pemuda dengan penampilan kurang manusiawi beberapa menit lalu. Sementara sang tamu tampak tak peduli dengan reaksi tuan rumah. Berbaring nyaman dengan sepasang earphone di kedua telinganya. Gerakan bibir melantunkan lagu yang didengar semakin menunjukkan bahwa apapun respon si pemilik kamar, menjadi kesia-siaan yang tak seharusnya dilakukan.

Sudah coba berbagai cara agar kita tetap bersama

Yang tersisa dari kisah ini hanya kau takut ku hilang

Perdebatan apapun menuju kata pisah, jangan paksakan genggamanmu

Cakka urung meninggalkan bad kingsizenya. Kembali duduk bersandar di sebelah sohib kentalnya. Menoleh. Meneliti penampilan pemuda yang tiga hari lagi menghadapi sidang skripsi. Kaos oblong lusuh, arah anak rambut tak beraturan, wajah datar seperti biasa namun tampak menekan frustasi. Ia berpikir sebentar sebelum berkomentar. Lirik lagu dan rintangan hidup seorang mahasiswa tingkat akhir yang bersiap menyerang tampak kurang sinkron.

"Gue gak mau nikung cewek loe, Kka." celetuk sosok yang ia perhatikan sungguh-sungguh.

"Brengsek. Gue normal." balasnya setelah memproses dengan baik kalimat pendek itu.

Rio mengangkat kedua bahunya tak acuh. Menghentikan putaran lagu di bait menuju akhir sekaligus menarik earphone dari telinganya. Melempar ke area ranjang di antaranya dan Cakka begitu saja. Tanpa menunggu dipersilahkan, ia meraih segelas kopi yang dibiarkan Cakka beberapa saat sampai nikmat untuk diteguk. Menandaskannya cukup 4 kali tegukan.

ALWAYS BE MY PARTNER (HOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang