B"

2.8K 212 51
                                    

Keterangan gambar: salah satu foto prewed Ify-Rio

Selamat tengah malammm... Maaf dua minggu mangkir...

Terima kasih atas apresiasinya/vomennya di part sebelumnya dan cerita yang lain. Besok NDWN 'Ramadhan ya' hahah... In shaa allah selesai nulisnya..

Happy reading and hope u like this part. Hug and love...

-

-

-

Bunda menatap sulungnya dengan gelengan kepala. Anak gadisnya memasuki tiga kali rias, menandakan Ify tidak belajar dari pengalaman kemarin. Gadis itu makin salah tingkah saat suaminya masuk ke ruang rias di balik panggung pengantin. Ruangan berukuran 3x3 meter untuk pasangan pengantin itu hanya terpasang kipas di salah satu sudutnya. Ukurannya cukup besar dan dari lima orang yang ada di sana, hanya Ify yang mengeluh kegerahan. Rio sampai harus meminta sopir keluarga untuk membelikan kipas berdiri di toko terdekat dengan gedung pernikahan mereka yang lokasinya cukup strategis. Bunda putar badan meninggalkan keduanya menghampiri ayah dan kedua besannya yang sudah di atur oleh panitia acara untuk segera menduduki tempat yang telah disediakan.

Rio melangkah menghampiri Ify yang terlihat menghela napas panjang berkali-kali. Ketiga wanita yang membantu mempercantik penampilan Ify malam ini, telah duduk melingkari meja bundar yang tersedia konsumsi. Tawa Rio nyaris menyembur melihat Ify dari pantulan cermin. Raut tegang di wajah gadisnya tak tertahankan. Rio mengulurkan lengan ke sisi kiri-kanan bahu Ify dan meremasnya lembut. Kepalanya menunduk untuk melepas kecupan di ujung rambut Ify yang tergerai lurus. Gadis itu meminta untuk tidak menggelung rambutnya yang pada dasarnya tebal, dan hitam pekat. Hanya ditambahi aksesoris di atas kepala seperlunya. Keseharian Ify di bangku kuliah membuat Rio paham dengan keputusan gadis itu dalam mempercantik diri termasuk di acara pernikahan mereka.

"Cemas?" remasan di bahu ia perkuat.

Ify tak langsung menjawab. Ia semakin menajamkan penglihatannya pada wajah Rio yang bertolak belakang dengan keadaannya dan malah makin menawan. Seketika kecemasan Ify sedikit meluntur, digantikan dengan perasaan was-was akan munculnya bibit-bibit pelakor di kerumunan undangan nanti. Perasaan itu tak bisa menekan kecemasannya pada yang lain. Dan Ify memilih bersuara karena seharian pusing memikirkannya sendiri.

"Aku takut dihujat netizen." ucap Ify setelah memilah kata. .

Rio menaikkan sebelah alisnya, bingung. Dagunya ia buat menunpu di puncak kepala Ify. Sementara kedua tangannya merayap pelan melingkari pinggang Ify.

"Dihujat gimana? Dan netizen siapa?"

Ekspresi Ify masih tegang saat menjawab, "Aku malas dapat omongan gak enak dari teman-teman organisasi, Mas. Mereka jelas kaget waktu nerima undangan dari ketua mereka. Mending kalau kagetnya cuma bilang 'Oh' lah kalau lebih dari itu?"

Rio geleng-geleng kepala mendengar curahan hati gadisnya, "Gak capek kamu mikir yang nggak-nggak terus?" melepas tumpan dagunya di kepala Ify.

Memilih memijat-mijat pundak gadis yang sekarang memandangnya tak terima, "Kamu maunya pernikahan kita disembunyikan dari pihak kampus? Kenapa gak bilang dari awal waktu kita proses undangan?"

Ify menggeleng kuat mendapati Rio salah paham. Selalu begini kalau dia mencurahkan langsung hatinya tanpa perantara. Di maknai lain. Ini yang salah Rio atau dia yang kurang benar menyusun kalimat?

"Bukan gitu, Mas. Yang aku permasalahkan di sini adalah aku cuti kuliah, berhenti dari semua roda organisasi karena kecelakaan waktu itu, tapi tiba-tiba menikah. Mas bisa bayangin gak sih akan ada banyak spekulasi tentang kita terlebih aku di sini yang numpang tenar dari Mas." Ify mengangkat sebelah tangannya meminta Rio untuk diam lebih dulu.

ALWAYS BE MY PARTNER (HOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang