M"

1.1K 167 59
                                    

Assalamualaikum Wr. Wb...

Selamat petang menuju malam...

Ya sudah langsung baca aja ya...

Terima kasih atas apresiasi kalian selama ini....

-

-

-

Saran Rio semalam untuk tidak bergabung di meja makan, ternyata tidak oke. Saat ini, Ify tengah mencuci baju miliknya, Rio, dan Manda sebagai mantu yang baik biar gak dikira jadi princess. Manda merecoki pekerjaannya yang biasanya dalam kondisi normal, tidak ada protes apapun terhadap cara mencucinya bahkan Manda memujinya yang begitu teliti dan bersih ketika mencuci. Jaman semakin canggih menyediakan mesin cuci tapi tidak melupakan cara cuci konvensional untuk pakaian tertentu, katanya. Sayangnya, pagi ini beda.

Ify masih mengucek salah satu kemeja putih Rio yang terdapat noda di bagian pundak, ketika Manda terus berkomentar, "Ngapain dipisah-pisah gini? Langsung jadiin satu !Gak usah kayak orang susah nyuci baju kayak gini."

Genggaman tangan Ify di ujung kain yang ia cuci terlepas demi mendengar suara tinggi Manda bersamaan dengan rampasan di tangannya, "Tapi Ma—"

"Langsung jadiin satu gini." potong Manda memasukkan seluruh pakaian ke dalam mesin cuci."

"Takut ada yang luntur, Ma. Kemeja Mas banyak yang pu—" Ify tak meneruskan kalimatnya begitu mendapati wajah Manda lebih menyeramkan dari sebelumnya. Buru-buru ia melanjutkan, "Maaf, Ma... Ify gak mak—"

"Kamu kira baju yang Mama beli seharga baju kamu?!"

Cukup lama ia mematung. Deruan napasnya memburu, menunjukkan bahwa ketenangan yang sedari tadi menjadi tameng, ambyar seketika mendengar ungkapan itu. Ia menunduk, memperlihatkan kekalahannya dalam adu mulut pagi ini sebelum Manda mengeluarkan kalimatnya lebih menyakitkan lagi. Air matanya hampir jatuh ketika suara tapak kaki mendekat yang ia duga ialah suaminya, mengingat bibi diliburkan setiap weekend.

"Mama mau Rio pesenin apa?" suara berat khas bangun tidur terdengar makin dekat bersamaan dengan Manda yang menjauhi area mesin cuci dan berlalu melewati punggung Ify.

"Lohh... gak masak?"

Ify tahu betul kalau pertanyaan itu ditujukan padanya. Namun ia terlalu takut untuk bersuara mengingat Manda membuka percakapan dengan suasana hati yang cukup buruk.

"Libur dulu, Ma. Kasihan Ify, capek semalam bikin cucu buat Mama."

Ify nyaris terbatuk mendengar jawaban suaminya yang terlampau sering menyelipkan kata-kata bermakna vulgar di depan Manda yang sekarang ia prediksikan semakin sensitif padanya. Tak ada sahutan dari wanita paruh baya itu, hanya hentakan kaki meninggalkan tempat dengan menyuarakan menu sarapan paginya, beserta gerutuan panjang yang semakin terdengar pelan. Ia mendengar kekehan Rio bersamaan dengan langkah pria itu mendekat, dan berjongkok di hadapannya.

"Mama makin kesel sama Ify." keluhnya menghembuskan napas kuat, "Ify bingung."

"Gak usah dipikirin."

Ify menatap kesal suaminya yang selalu mengentengkan beberapa persoalan. Satu ini penting loh. Lama-lama kalau Ify terus-terusan ditekan seperti ini, bisa-bisa dia tumbang sebelum ia berjuang hingga titik darah penghabisan. Ia mendongak begitu Rio beranjak mendekati mesin cuci. Pria itu melongokkan kepala dengan dahi mengernyit sampai Ify mendengar kalimat komentar yang berlawanan dengan Manda.

"Ini putih loh, Fy. Kok dicampur."

Ify nyaris berdecak ketika menjawab, "Yang diomelin Mama kan itu, Mas. Nggak akan luntur katanya. Baju mahal." Eh kok nyerempet nyinyir.

ALWAYS BE MY PARTNER (HOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang