S

2.5K 209 73
                                    


Gambar: Aktivitas Ify-Rio setiap nunggu perpustakaan dibuka untuk diskusi rutin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gambar: Aktivitas Ify-Rio setiap nunggu perpustakaan dibuka untuk diskusi rutin.


Senja telah tiba. Menandakan bahwa matahari akan segera menyelesaikan tugasnya. Sama halnya dengan Rio yang siap untuk segera kembali ke rumah yang jarang ia tinggali. Selama seminggu ke depan, ia tidak akan berlama-lama di apartemen –kecuali untuk bermalam- mengingat dua wanita tercintanya berada di rumah. Beberapa kali Rian menolak Manda yang ingin mendampinginya setiap bertugas keluar kota. Jelas tujuannya, mengakrabkan diri dengan calon menantunya.

"Tumben sudah pulang, Pak?" tanya seseorang saat Rio keluar area gedung kantor menuju parking area.

Rio tertawa renyah mendengar pertanyaan dari salah satu karyawannya, "Ada calon istri di rumah." ucapnya spontan.

Terlalu bahagia, membuat Rio seakan ingin mengumumkannya. Untung saja yang bertanya adalah karyawan laki-laki, sehingga tidak membawa percakapan menjadi panjang.

"Undangannya disegerakan, Pak. Makan-makan."

Hanya itu. Rio tertawa seraya menepuk pundak karyawannya. Lantas melanjutkan langkah menuju mobilnya terparkir. Sepanjang jalan, senyum lebar tak henti menghiasi wajah tampan pria itu. Pesan dari Ify untuk mengingatkannya makan dan beribadah sekaligus memberi semangat, serta struk belanja yang dikirim Manda lengkap dengan foto beberapa pasang baju di butik langganan, menambah tingkat kebahagiaan. Salah satu beban menuju pernikahan, terangkat. Jalanan macet Rio lewati dengan senang hati. Hingga satu jam berlalu. Rio tiba di halaman depan rumah. Selepas menyerahkan kunci mobil pada satpam, Rio bergegas masuk. Menyuarakan salam yang hanya dijawab oleh bibi.

"Mama sama Ify keluar, Bi?" tanya Rio seusai menyalami punggung tangan wanita yang membantu merawatnya dari umur 10 tahun.

"Di atas, Mas. Di kamarnya almarhumah Non Rara."

"Oh oke, Bi. Aku ke atas dulu ya." ucap Rio berlalu meninggalkan bibi yang sedang mengisi meja ruang keluarga dengan variasi camilan, menuju sisi kanan rumah mengantarnya lebih cepat menemui Ify dan Manda.

Selain lebih cepat menggunakan lift, juga badannya terlalu lelah jika harus meniti tangga hingga ke lantai 4. Sesampainya di lantai teratas rumah, Rio berpapasan dengan Manda. Sang mama mengajaknya duduk di sofa ruang santai yang berhadapan dengan kamar Rara, setelah ia menyalami tangan Manda lebih dulu.

"Ify lagi tidur, Kak. Baru aja anak itu bisa tidur. Dari habis nyobain baju yang Mama beli, Ify ngeluh sakit perut. Datang bulan. Jangan digangguin ya, Kak."

Rio menghela napas. Apa ekspresinya kelihatan banget mau godain Ify ya? Padahal kan dia hanya ingin 'melihat' Ify yang ditinggal hampir seharian berdua dengan Manda.

"Maaa... Masak lihat aja gak boleh?" rayu Rio menggenggam tangan ibunya.

Manda mendengus, "Gak cuma lihat kalau kamu, Kak."

ALWAYS BE MY PARTNER (HOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang