P"

1.2K 204 72
                                    

Assalamualaikum Wr. Wb

Selamat menjelang petang dan dilanjut pagi...

Mohon maaf seminggu kemarin tidak ada update-an...

Terima kasih yang sudah apresiasi cerita ini:)

-

-

-

Waktu berkunjung setengah jam akan berakhir ketika Manda muncul bersama Cakka dan Sivia di balik punggung mertuanya. Ia menyalami punggung tangan Manda. Suara decakan mertuanya terdengar ketika Rio membantunya menyamankan posisi setengah duduk dengan meletakkan di punggung. Wajah suaminya tampak mengeras begitu tahu Manda datang tak hanya dengan Cakka, berikut mendengar kejengahan Manda. Ia mengusap lengan Rio dan menariknya pelan agar laki-laki itu kembali duduk dan fokus melanjutkan suapannya ia membuka obrolan.

"Mama udah makan? Kalau belum, ini tadi Mas pesen terus gak habis." tawarnya menunjuk nasi kotak di meja antara bed pasien dan jaga.

"Ohhh kamu mau kasih Mama makanan sisa?"

Ify melotot tak percaya dan tergagap ketika meluruskan, "Bukan gitu, Ma. Mas beli dua. Berhubung Ify makannya dikit, yang satunya lagi nggak dimakan."

"Mama udah makan."

Ya gusti...

Manda berlalu menuju sofa tak jauh dari posisinya, disusul oleh Sivia. Wanita paruh baya itu meraih remot yang berada di meja mini depan sofa, dan mulai menikmati salah satu fasilitas dengan saluran TV kabel yang mempermudah mencari tayangan menarik. Kamar inap kali ini berbeda dengan waktu Ify dirawat gagar otak ringan. Kamar yang namanya tambah V di depan jadi VVIP menyediakan fasilitas yang lebih lengkap dari hotal yang baru bisa Ify rasakan waktu study tour sekolah. Ia menggeleng pelan menyadari salah fokus yang tadinya ingin bahas Manda dan dayang setianya. Sekarang keduanya tengah me-reaction salah satu film Disney versi manusia, yang tokoh utama harus minggat karena mamak tirinya terobsesi untuk ngebunuh demi menjadi wanita tercantik di dunia. Itu loh yang mirror mirror in the world. Nah kan salah fokus lagi.

"Biar gue yang makan, Fy."

"Eh?"

Ify mengerjap bermaksud lamunan salfoknya menguap yang awalnya mau mendeskripsikan kemesrahan mertuanya dengan anak gadis orang lain, malah lari ke mana-mana. Anggaplah latihan apatis kalau kata dokter Fyra. Ia memandang sahabat Rio yang lulusnya tidak tepat waktu –dan sepertinya dia akan nyusul— dengan senyum menyapa terkulum. Lantas menyilakan pemuda yang bertekad tidak nikah muda itu untuk mengambil makannya.

"Apa kabar, Kak?" tanyanya setelah Cakka mengambil tempat di samping Rio dan bersalaman khas dua pria itu.

"Ya gini-gini aja"

"Syukurlah." Ify menyantap suapan Rio untuk ketiga kalinya dan menelannya dengan tenang, sebelum melanjutkan, "Udah kerja lagi, Kak?"

"Belum." jawab Cakka singkat, fokus menyantap nasi kotak dengan logo resto milik salah satu artis nasional itu.

"Gak mau kerja bareng sahabat loe?"

Cakka mengangkat muka sebentar ketika menjawab, "Gak ada lowongan."

Rio yang sedang menyuapi dirinya sendiri mendengus geli, "Loe tahu gak perlu buka lowongon buat loe bantuin gue. Gue udah minta loe gabung sejak loe lulus sidang, dan penawaran gue gak akan ada kadaluarsa." jawabannya mengundang tawa Cakka.

"Gue perlu masukin apaan nih?"

"Surat lamaran, KTP, pas foto, CV, ijazah, transkrip, dan jangan lupa SKCK. Cuma polisi yang bisa jamin loe bersih dari kejahatan."

ALWAYS BE MY PARTNER (HOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang